/* Kotak Banner ===================== */ #Box-Banner-ads { margin: 0px; padding: 5px; text-align: center; } #Box-Banner-ads img { margin: 0px 8px 4px 0px; padding: 3px; text-align: center; border: 3px outset #c0c0c0; } #Box-Banner-ads img:hover { margin: 0px 8px 4px 0px; padding: 3px; text-align: center; border: 3px inset #333; }

Rabu, 12 Juni 2013

i'jazul quran



ILMU I’JAZUL QURAN
I.             PENDAHULUAN
Allah telah menganugerahkan kepada manusia berbagai keistimewaan dan kelebihan, serta memberinya akal pikiran, yang dapat digunakan untuk berfikir,  mengetahui  antara baik dan buruk, serta segala macam pengetahuan agar dapat  memanfaatkan  unsur-unsur dan sumberdaya alam, lalu menjadikan semua itu sebagai alat untuk memberikan manfaat bagi kepentingan manusia itu sendiri maupun kaumnya.
Di samping berbagai kelebihan yang Allah ciptakan untuk  manusia, namun  tidak berarti manusia itu berbuat sesukanya karena sudah dalam diri manusia sebelum diberi wahyu oleh allah dia tidak dapat menggunakan akal pikirannya tersebut kecuali dengan hati nuraninya, untuk itu Allah mengutus utusan-utusanyya untuk memberikan pencerah bagi manusia.
Di karenakan manusia memiliki sifat yang sombong angkuh dan lainnya sehingga ketika Al-Quran itu di turunkan mereka mengaganp bahwa Al-Quran adalah buatan Nabi sendiri untuk membuktikan bahwa hal tersebut tidaklah benar maka Allah menurunkan firman untuk menantang mereka yang meragukan hal tersebut Al-Quran itu adalah murni kalam allah.
Oeh sebaab itu Allah menurunkan Al-Qur’an sebagai mukjizat, sehingga kemampuan manusia menjadi tak berdaya menandinginya.  Al-Qur’an sebagai petunjuk dan pedoman untuk bertindak  merupakan mukjizat yang sangat mulia, dengan demikian marilah kita belajar mengenai i’jazul Qur’an berikut ini.

II.          RUMUSAN MASALAH
1.      Apa Pengertian I’jazul Quran dan Mu’jizat ?
2.      Apa saja Tujuan I’jazul Qur’an dan Sejarahnya ?
3.      Apa saja Macam-macam I’jazul Qur’an ?
4.      Apa saja yang termasuk dalam Segi-segi I’jazul Qur’an ?


III.       PEMBAHASAN
A.    Pengertian I’jazul Qur’an dan Mu’jizat
Ilmu I’jazul Quran ini terdiri dari tiga kata  yaitu Ilmu, I’jaz, dan Al-Quran. Ada beberapa pandangan mengenai pengartian dari ketiga kata tersebut.
Pertama kata ilmu, Para ahli  fisafat  mendefinisikan kata ilmu sebagai suatu gambaran yang terdapat  dalam akal atau hubungan sesuatu setelah sesuatu itu tersingkap secara jelas.
Para ahli teologi mendefinisikan kata ilmu, dengan suatu sifat yang dengan sifat itu orang yang memilikinya menjadi jelaslah suatu urusan.atau suatu sifat yang dengan sifat itu dapat membedakan sesuatu dengan yang lainnya sehingga tidak mungkin berlawanan dengan kenyataan.Sedangkan menurut Al-Ghazali secara umum arti ilmu dalam istilah syarak adalah makrifat pada allah, terhadap tanda-tanda kekuasaannya, dan terhadap perbuatan-perbuatannya,pada hamba-hamba-Nya dan makhlik-makluk-Nya.Hal ini sama dengan yang di katakana dalam Kitab Ikhya’ Ulumuddin.
Kedua adalah kata Al-Quran, ada banyak pendapat tentang Al-Quran:
Al-lihyani(wafat 311 H) mengatakan  bahwa Al-Quran itu berupa isim sifat, ikut wazan fu’lan,yang diambil dari kata Al-Quran yang berarti kumpulan, sebab semua ayat, surat, surat hukum dan kisah Al-Quran berkumpul menjadi satu. Disamping itu Al-Quran  mengumpulkan intisari-intisari dan seluruh ilmu pengetahuan.[1]
Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT yang artinya:
dan Kami turunkan kepadamu Al kitab (Al Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu.”(QS.An-Nahl : 89)[2]
Ketiga I’jaz, menurut bahasa I’jaz adalah masdar dari kata kerja a’jaza ini temasuk fiil ruba’I mazid yang berasal dari fi’il stulasi mujarrad ajaza yang berarti lemah, lawan dari qodaro yang berarti kuat atau mampu.I’jaz (kemukjizatan) adalah penetapan kelemahan.Pengertian umum keleman adalah ketidakmampuan mengerjakan sesuatu. Apabila kemukjizatan telah terbukti, maka nampaklah kemampuan mu’jiz (sesuatu yang melemahkan), maka  yang  dimaksud  dengan  I’jaz  ialah  menampakkan kebenaran Nabi dalam pengakuannya  sebagai  seorang  Rasul dengan menampakkan kelemahan orang Arab untuk menghadapi mukjizatnya yang abadi, yaitu al-Qur’an, dan kelemahan generasi-generasi sesudah mereka. Rasulullah telah meminta orang Arab menandingi Qur’an dalam tiga tahapan:
a.       Menantang mereka dengan seluruh Qur’an dalam uslub umum yang meliputi orang Arab sendiri dan orang lain, manusia mereka secara padu melalui Firman Allah yang artinya:
Katakanlah: "Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan Dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain". (QS. Al-Isra’ : 88)
b.      Menantang mereka dengan sepuluh surah saja dari Qur’an dalam firman Allah yang berarti:
Bahkan mereka mengatakan: "Muhammad telah membuat-buat Al Quran itu", Katakanlah: "(kalau demikian), maka datangkanlah sepuluh surat-surat yang dibuat-buat yang menyamainya, dan panggillah orang-orang yang kamu sanggup (memanggilnya) selain Allah, jika kamu memang orang-orang yang benar". Jika mereka yang kamu seru itu tidak menerima seruanmu (ajakanmu) itu Maka Ketahuilah, Sesungguhnya Al Quran itu diturunkan dengan ilmu Allah, dan bahwasanya tidak ada Tuhan selain Dia, Maka maukah kamu berserah diri (kepada Allah)? (QS. Hud: 13-14)
c.       Menantang mereka dengan satu surah saja dari Qur’an dalam firman Allah:
Atau (patutkah) mereka mengatakan "Muhammad membuat-buatnya." Katakanlah: "(kalau benar yang kamu katakan itu), maka cobalah datangkan sebuah surat seumpamanya dan panggillah siapa-siapa yang dapat kamu panggil (untuk membuatnya) selain Allah, jika kamu orang yang benar." (QS. Yunus : 38)
Kelemahan orang Arab untuk menandingi Qur’an padahal mereka memiliki faktor-faktor dan potensi untuk itu, merupakan bukti tersendiri bagi kelemahan bahasa Arab di masa bahasa ini berada pada puncak keremajaan dan kejayaannya.[3]
Menurut  istilah  mujizat ialah sesuatu yang bernilai sangat tinggi dan bisa mengungguli seluruh masalah yang berkembang, di samping kedatanganya mujizat memeng sedang dinanti oleh kaum. Dan menurut bahasa mujizat berariti sesuatu yang luar biasa, yang ajaib atau menakjubkan.[4]
Mujizat hanya diberikan Allah kepada para Nabi dan Rosul Allah untuk mengembangkan kepercayaan manusia yang telah mempertuhankan selain Allah. Sebagai contoh  tentang  mujizat  Nabi Ibrahim AS. Saat itu kaum Ibrahim ialah orang-orang yang menyucikan berhala dan menjadikan berhala itu sebagai persembahaan. Sewaktu mereka akan membakar Nabi Ibrahim terlebih dahulu mereka menyembah berhala dengan khusuk meminta restu untuk melemparkan Ibrahim ke tengah-tengah kobaran api.
Menurut logika, seharusnya berhala yang dianggap tuhan itu akan membalas orang yang akan menghancurkan jika benar bahwa berhala itu bisa berbuat sesuatu pada mnusia dan patut sebagai sesemabahan. Namun ketika itu mujizat yang dibawa Nabi Ibrahim memperlihatkan keunggulannya.Maka apipun tak mampu membakar Nabi Ibrahim. Dengan mujizat ini, api menjadi berubah sifatnya, yakni api yang biasanya bersifat membakar brubah menjadi dingin seketika. Maka hati mereka terguncang dan kepercayaan mereka memudar, karena berhala yang semula disucikan dan menjadi sesembahan, nilainya menjadi merosot dan terhina. Melalui para Rasul, tampak sangat jelas bahwa Allah adalah Maha Kuasa. Denang mujizatnya, para Rasul telah menunjukkan kemampuannya menembus ketentuan hukum alam.
Dalam hal ini, mukjiazat yang ada pada nabi Muhammad SAW berupa Al-Quran jelas berbeda dengan mu’jizat para rasul sebelumnya. I’jazul Qur’an (kemu’jizatan Al-Quran) melebihi segalanya di banding apa yang mereka banggakan. Dan keutamman mu’jizat Al-Quran ini bukan hanya di tunjukan kepada bangsa arab, namun Al-Quran dengan keutamaan mu’jizatnya itu diperuntukan pada seluruh alam.
Di tinjau dari segi bahasa dan sastra, maka mu’jizat Al-Quran sudah terbukti jauh lebih unggul dibanding dengan yang pernah dicapai bangsa arab.sejak diturunkannya Al-Quran di sertai dengan mu’jizat yang bersifat universal, berlaku bagi seluruh umat alam dan seluruh masa. Di sdamping itu Allah juga menjamin kesuciannya. [5]
Kemukjizatan Qur’an bagi bangsa-bangsa lain tetap berlaku di sepanjang zaman dan akan selalu ada dalam posisi tantangan yang tegar. Misteri-misteri alam yang disingkap oleh ilmu pengetahuan modern hanyalah sebagian dari fenomena hakikat-hakikat tinggi yang terkandung dalam misteri alam wujud yang merupakan bukti bagi eksistensi pencipta dan perencanaannya.[6]
B.     Tujuan I’jazul Quran dan Sejarahnya  
1.      Tujuan I’jazul Quran
Setelah diketahui pengertian I’Jaz dan mukjizat di atas dapatlah diketahui tujannya:
a.       Membuktikan bahwa Nabi Muhammad SAW yang membawa Mu’jizat kitab Al-Quran itu adalah benar-benar seorang Nabi/Rosul Allah. Beliau diutus untuk menyampaikan ajaran ajaran Allah pada umat manusia untuk mencanangkan tantangan supaya menandingi Al-Quran kepada mereka yang ingkar.
b.      Membuktikan bahwa kitab Al-Quran itu adalah benar-benar wahyu Allah SWT, bukan perbuatan malaikat Jibril dan bukan tulisan nabi Muhammad SAW. Sebab seandainya kitab Al-Quran itu buatan Nabi Muhammad yang seorang Mumi (tidak pandai menulis dan membaca ), tentu pujangga-pujangga arab yang profesional, di mana mereka tidak hanya pandai menulis  tetapi juga ahli dalam sastra, gramatika bahasa arab, dan balaghohnya  akan membuat seperti Al-Quran. Kenyataannya, mereka tidak bisa membuat tandingan seperti Al-Quran, sehingga jelaslah alquran bukan buatan manusia.
c.       Menjukan kelemahan mutu sastara dan balaghoh bahasan manusia, karena terbukti pakar-pakar pujangga sastra dan seni bahasa arab  tidak ada yang bisa mendatangkan kitab tandingan yang sama seperti Al-Quran, yang telah di tantangkan pada mereka dalam berbagai tingkat dan bagian Al-Quran.
d.      Menunjukan kelemahan daya upaya rekayasa manusia yang tidak sebanding dengan kesombongannya dan keangkuhanya. Mereka ingkar tidak mau beriman dan mempercayai keagungan Al-Quran dan sombong tidak mau menerima kitab suci itu.mereka menuduh bahawa kitab Al-Quran di buat oleh Muhammad sendiri.kenyatanya para pujang tidak ada yang bisa membuat tandingan yang seperti Al-Qur'an walaupun hanya satu ayat.

2.      Sejarah Ilmu I’jazul Quran
Ada ulama’ yang berpendapat, orang yang menulis I’jazul uran pertama kali adalah Abu Ubaidah (wafat 208 H) dalam kitab Ma’jazul Quran. Lalu disusul oleh Al-Farra (wafat 207 H) yang  menulis kitab Ma’anil Quran. Kemudian disusul Ibnu Qutaibah yang memang  kitab Ta’wil Musykilil Qur’an.
Pernyataan tersebut di bantah Abd.Qohir Al-Jurjany dalam kitabnya Dalaul I’jaz, bahwa semua kitab tersebut di atas bukan ilmu I’jazul Quran, melainkan sesuai dengan judul-judulnya itu.
Menurut  Dr.Shubhi Ash-Sholeh dalam kitabnya Mabahis Fi Ulumil Quran, bahwa  orang yang kali pertama membicarakan Al-Quran adalah imam Aljahidh (wafat 384 H) di tulis dalam kitab Nuzhumul Quran. Hal ini seperti di isyaratkan pada kitabnya yang lain, Alhayawan. Lalu disusul Muhammad bin zaid Al-Wasithy (wafat 306H) dalam kitab I’jazul Quran yang banyak mengutip isi kitab Al-Jahidh tersebut dia atas. Kemudian di lanjutkan imam ar-rumany (wafat 384 H) dalam kitab al I’jaz  yang  isinya  mengupas tentang kemu’jizatan Al-Quran. Lalu di susul oleh Al-Qadhi Abu Bakar Al-Baqillany (wafat  403 H) dalam I’jazul Quran yang isi-isinya mengupas  segi-segi  kebalaghahan Al-Quran di samping  segi  Kemu’jizatanya. Kitab ini sangat popular.  Kemudian di susul oleh Abdul Qodirn Al-Jurjany (wafat 471 H) dalam Kitab Dalalilul I’jaz Dan Asrorul Balaghah.
Para pujangga moderen seperti Mustofa Shodiq Ar-Rofi’y menulis dalam ilmu ini dalam kitab Tarikhul Adabil Arabi sedangkan Prof. Dr. Sayyid Quthub dalam buku At-Tashwirul Fanni Fil Quran dan At-Ta’birul Fanni Fil Quran.[7]

C.    Macam-Macam I’jazul Qu’ran
Dalam menjelaskan macam-macam I’jazil Qur’an para ulama berbeda pendapat. Hal ini disebabkan karena perbedaan tinjauan masing-masing, di antaranya yaitu :
1.      Dr. Abd.Rozzaq Naufal, dalam kitab Al-I’jazu al-Adadi Lil Qur’anil Karim menerangkan bahwa I’jazil Qur’an itu ada 4 macam, adalah sebagai berikut :
a.       Al-I’jazul Balaghi yaitu kemukjizatan segi sastra balaghahnya, yang muncul ada pada masa peningkatan mutu sastra Arab.
b.      Al-I’jazut Tasyri’i yaitu kemukjizatan segi pensyariatan hukum-hukum ajarannya yang muncul pada masa penetapan hukum-hukum syari’at Islam.
c.       Al-I’jazul Ilmu yaitu kemukjizatan segi ilmu pengetahuan, yang muncul pada masa kebangkitan ilmu dan sains di kalangan umat Islam.
d.      Al-I’jazul Adadi, yaitu kemukjizatan segi Quantity / Matematis, statistik yang muncul pada abad ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang.
2.      Imam al-Khotthoby (wafat 388 H) dalam buku al-Bayan fi I’jazil Qur’an mengatakan bahwa kemukjizatan al-Qur’an itu terfokus pada bidang kebalaghahan saja.
3.      Imam Al-Jahidh (w. 255 H) di dalam kitab Nudzumul Qur’an dan Hujajun Nabawiyah serta Al-Bayan Wa At-Tabyin menegaskan bahwa kemukjizatan al-Qur’an itu terfokus pada bidang susunan lafal-lafalnya saja, maksudnya, i’jazul Qur’an itu hanya satu macam saja, yaitu kemukjizatan susunannya.
4.      Moh. Ismail Ibrahim dalam buku yang berjudul Al-Qur’an wa I’jazihi al-Ilmi mengatakan, orang yang mengamati al-Qur’an dengan cermat, mereka akan mengetahui bahwa kitab itu merupakan gudang berbagai disiplin ilmu dan pengetahuan, baik ilmu-ilmu lama maupun ilmu-ilmu baru.[8]

D.    Segi-Segi I’jazul Qur’an
Yang dimaksud dengan segi-segi Al-Quran ialah hal-hal yang ada pada Al-Quran yang menunjukan bahwa kitab itu memang  benar-benar  wahyu Allah SWT, dan ketidak mampuan  jin dan manusia untuk membikin hal-hal yang sama seperti Al-Quran.
   Untuk menentukan segi-segi Al-Quran para ulama’ berbeda pandangan antara lain:
1.      Syeh Abu Bakar Al-Baqillany dalam kitab I’Jazil Quran membagi 3 segi kemukjizatan:
a)      Di dalam Al Quran itu ada cerita mengenai hal-hal yang gaib.
b)      Di dalam Al-Quran itu ada cerita umat dahulu beaserta para nabinya.
c)      Di dalam Al-Quran terdapat susunan bahasa yang indah.
2.      Al-Qadhi Iyadal-Basty dalam buku Asy-Syfa’u bi Ta’rifi Haquqil Mushtafa mengatakan segi-segi kemu’jizatan alquran itu 4 hal:
a)      Susunannya yang indah
b)      Uslubnya yang lain dari pada yang lain
c)      Adanya berita-berita ghaib yang belum terjadi, tapi lalu betul-betul terjadi.
d)     Adanya berita-berita ghaib masa lalu dan syariat-syariat dahulu yang terjadi dan benar.
3.      Imam Al-Quthuby dalam tafsir Al-Jamil’u Ahkamil Quran mengatakan segi segi kemu’jizatan alquran itu ada 10 hal, sebagai berikut:
a)      Susunanya yang indah, yang lain dari yang lain.
b)      Uslubnya berbeda dengan seluruh Uslub bahasa arab.
c)      Kefasihan ungkanpan-ungkapannya yang tidak dapat di imbangi.
d)     Pengaturan bahasa yang utuh-bulat.
e)      Adanya berita mengenai pertamakali kejadian-kejadian dunia yang belum bterdengar.
f)       Di tepatinya hal-hal yang telah dijanjikan lalu betul-betul terjadi.
g)      Adanya berita yang belum terjadi, lalu betul-betul terjadi.
h)      Isi aturan hala-harap.
i)        Hikmah-hikmah tinggi yang tidak bisa terjadi.
j)        Kesesuaian semua kandungannya.
4.      Syekh Abd.Adhim Az-Zarqony dosen Ulumul Quran dan Ulumul Khadist ada tujuh segi kemukjizatan Al-Quran yang sangat menakjubkan..
a)      Keindahan bahasa dan Uslub Al-Quran
b)      Cara penyusunan bahasanya tampak baik tertib dan berkaitan antara satu dengan yang lain.
c)      Berisi beberapa ilmu pengetahuan yang banyak memberi acuan makhluk kepada kebenaran dan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
d)     Kemu’jizatan Al-Quran tampak juga dalam segi cara-caranya mengadakan perbaikan dan kemaslakhatan-kemaslakhatan bagi umat manusia.
e)      Adanya berita-brita gaib dalam Al-Quran juga menunjukan bahwa kitab suci tersebut betul-betul wahyu Allah SWT, adanya  ayat ‘itab (teguran).[9]

IV.       PENUTUP
A.    Simpulan
I’jazul Quran adalah melemahkannya Al-Quran. Alquran melemahkan manusia seluruhnya, tak ada seorangpun yang bisa menandingi tantangannya. Sehingga Al-Quran merupakan mukjizat yang luar biasa.
Tujuan I’Jazul Quran:
a.       Membuktikan bahwa nabi Muhammad SAW yang membawa mu’jizat kitab Al-Quran itu adalah benar-benar seorang Nabi/Rosul Allah.
b.      Membuktikan bahwa kitab Al-Quran itu adalah benar-benar wahyu allah SWT.
c.       Menjukan kelemahan mutu sastara dan balaghoh bahasan manusia.
d.      Menunjukan kelemahan daya upaya rekayasa manusia yang tidak sebanding dengan keombongannya dan keangkuhanya.
Macam i’jazil Qur’an:
a.   Al-I’jazul Balaghi
b.   Al-I’jazul Tasyri’i
c.   Al-I’jazul Ilmu
d.   Al-I’jazul Adadi
Segi-segi Al-Quran:
a.   Al-Quran  terdapat cerita mengenai hal-hal yang gaib.
b.   Al-Quran  terdapat umat dahulu beaserta para nabinya.
c.   Al-Quran susunan bahasa yang indah.

B.     Saran
Demikian makalah yang dapat kami buat, tentunya masih banyak kekurangan yang ada dalam pembahasannya.Maka saran dan kritik kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.Dan akhirnya pemakalah meminta maaf apabila ada kesalahan dalam makalah ini baik berupa sistematika penulisan maupun dari isinya.Wallahu a’lam bisshawab.







DAFTAR PUSTAKA
 Al-Khattan, Manna Khalil, Studi Ulumul Qur’an, Bogor:  PT.  Pustaka Litera Antar Nusa, 2001.
Djalal, Abdul, Ulumul Qur’an, Surabaya: Dunia Ilmu, cet. 2, 2000.
Hasbi Ash Syiddieqy, Muhammad,, Teungku, Ilmu-Ilmu Al-Quran. Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 2000.
Husain Munawar,S. Agil, dkk, I’Jaz Al-Quran dan Metodologi Tafsir. Semarang: Dunia Utama. 1996.
Syadali, Ahmad, dkk, Ulumul Quran II, Bndung: CV. Pustaka Setya, 1994.



[1] , Manna Khalil Al-Khattan, Studi Ulumul Qur’an, (Bogor:  PT.  Pustaka Litera Antar Nusa,               2001).hlm. 202-210.
  [2] Hasbi Ash Syiddieqy, Muhammad,, Teungku, Ilmu-Ilmu Al-Quran.(Semarang: PT. Pustaka Rizki     Putra, 2000). hlm.317-318.
[3]Ahmad Syadali, dkk, Ulumul Quran II, (Bandung: CV. Pustaka Setya, 1994).hml.105-109.
[4]Dr. Muhammad Mutawally,  Mukjizat Al-Quran,  terj. Mustofa Mahdamy,  (Bandung, Risalah, 1984). hlm 9.
[5] Syadali, Ahmad, dkk, Ulumul Quran II, (Bndung: CV. Pustaka Setya, 1994).hlm.76.
[6] Djalal, Abdul, Ulumul Qur’an, (Surabaya: Dunia Ilmu, cet. 2, 2000). hlm. 28.
[7] Manna Khalil Al-Khattan,  Studi Ulumul Qur’an, (Bogor:  PT.  Pustaka Litera Antar Nusa, 2001).hlm.69-73.

          [8] S. Agil Husain Munawar, dkk, I’Jaz Al-Quran dan Metodologi Tafsir. (Semarang: Dunia Utama. 1996).hlm.85-88.

[9] Ahmad Syadali, dkk, Ulumul Quran II, (Bndung: CV. Pustaka Setya, 1994).hlm.143-150.

Tidak ada komentar: