/* Kotak Banner ===================== */ #Box-Banner-ads { margin: 0px; padding: 5px; text-align: center; } #Box-Banner-ads img { margin: 0px 8px 4px 0px; padding: 3px; text-align: center; border: 3px outset #c0c0c0; } #Box-Banner-ads img:hover { margin: 0px 8px 4px 0px; padding: 3px; text-align: center; border: 3px inset #333; }

Rabu, 04 Februari 2015

contoh proposal skripsi

contoh 1

PENGARUH MINAT BELAJAR  DAN SIKAP SISWA DIDALAM KELAS TERHADAP HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN MATEMATIKA MA.TUMA’NINAH YASIN METRO SEMESTER GANJIL SISWA  KELAS X TAHUN PELAJARAN 2011/2012  POKOK BAHASAN OPERASI ALJABAR PADA BENTUK AKAR.

A.    LatarBelakangMasalah
Proses belajarmengajarmerupakanintidari proses pembelajaran pendidikan secara langsungdengan guru sebagaipemegangutama. Hal ini bertujuan agar keberhasilan belajar siswa, berhasil secara optimal dengan itu pendidikan sangat penting untuk setiap orang.
Disctionary of Education menyebutkan bahwa pendidikan adalah proses dimana seseorang mengembangkan kemampuan sikap dan bentuk – bentuk tingkah laku lainnya di dalam masyarakat dimana ia hidup, proses sosial dimana orang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol (khususnya yang datang dari sekolah) sehingga didapat memperoleh atau mengalami perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individu yang optimum[1][1] .
Minat dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang – bidang studi tertentu. Seorang siswa yang menaruh minat besar terhadap mata pelajaran matematika akan memusatkan perhatiannya lebih banyak dari pada siswa lainnya. Kemudian karena pemusatan perhatian yang insentif terhadap materi itulah yang memungkinkan siswa tadi untuk belajar lebih giat dan akhirnya mencapai prestasi yang diinginkan.
Dalam dunia pendidikan sikap siswa juga memegang peranan yang sangat penting, dengan sikap siswa dapat menerima atau menolak suatu pelajaran. Dilihatdarisudutpandangagakberbedasikapmerupakankecenderunganuntukbereaksiterhadap orang, lembaga, atauperistiwabaiksecarapositifmaupunnegatif .Selain itu Sikap merupakan salahsatuaspekpsikologisindividu yang sangatpentingkarenasikap merupakan kecenderungan untukberperilakusehinggaakanbanyakmewarnaiperilakuseseorang[2][2].
Pelajaranmatematikaseringkalidirasakansulitolehsiswasehinggacenderungtidakdisenangiolehanak.Akibatnyatidaksedikitsiswa yang malas untuk mempelajari matematika danakhirnya menjadisiswa yang mengalami kesulitan belajar matematika. Sikap siswa didalam kelasterhadapsuatupelajaran tidak samasetiap individunya, berdasarkanhasil observasi terbatasterhadap aktivitaspembelajaran Matematika MA.Tuma’ninah Yasin Metro, ada yang bersikappositifsepertikeseriusandalammengikutipelajarandikelas, selalumengerjakantugas yang diberikanoleh guru, memperhatikanpenjelasandari guru danberusahamengerjakansoal-soal yang diberikandikelas. Tetapiada pula yang bersikapnegatifsepertiacuh, ngobroldengantemansebangku, tidakmaumencatatapa yang ditulisdipapantulismaupun yang disampaikanoleh guru, tidakadakemauanuntukberusahamengerjakancontohsoaldarimateri yang telahdipelajaridanselalugelisah di dalamkelas.
Keberhasilanbelajarditandaiolehadanyakemampuanataukecakapan yang sebelumnyatidakdimilikisiswa yang munculsetelahmelakukan proses belajar. Untukmengetahuikeberhasilanbelajardilakukanpenilaian[3][3].
Berdasarkan data hasil pra survey yang berupa data hasil belajar matematika kelas X  di MA.Tuma’ninah Yasin Metro yang peneliti dapatkan adalah sebagai berikut :
Tabel Data Hasil Ujian Matematika Siswa X MA.Tuma’nianh Yasin Metro Semester Genap Tahun Pelajaran 2010/2011.
No
Nilai
Kriteria
Jumlah
Siswa
Persentase
%
  1
 60
Tuntas
9
45
  2
< 60
Belum Tuntas
11
55
Jumlah
20
100

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) berdasarkan ketentuan dariMA.Tuma’ninah Yasin Metro.
Berdasarkan tebel di atas dapat dilihat bahwa dengan KKM sebesar 60 terdapat 45% atau hanya 9 siswa yang tuntas. Sedangkan siswa yang belum tuntas belajar terdapat 55% atau sebanyak 11 siswa. Jadi perolehan hasil belajar tersebutbelum memenuhi tujuan  yang diharapkan karena jelas bahwa siswa yang belum tuntas lebih banyak dibandingkan siswa yang tuntas. Bahwa hasil belajar siswa rendah diduga karena dipengaruhi oleh beberapa siswa masih ada yang kurang memperhatikan materi yang dijelaskan oleh guru, sikap siswa yang masih mengarah kesikap negatif dalam belajar, minat belajar yang kurang, kurang aktifnya siswa untuk bertanya, dan masih ada siswa yang tidak mengerjakan tugas.
Keberhasilan belajar siswa sebagaiman diketahui dipengaruhi banyak faktor, baik yang berasal dari dalam diri siswa maupun yang berasal dari luar diri siswa. Faktor yang berasal dari diri siswa antara lain sikap siswa, bakat, tingkat kecerdasan dan minat belajar siswa sedangkan faktor yang berasal dari luar siswa antara lain faktor sosial, budaya dan lingkungan. Selain itu untuk mencapai keberhasilan dalam belajar, guru juga mempunyai peran penting dalam proses belajar. Guru harus memberikan motivasi siswa agar mempunyai minat belajar sehingga siswa mempunyai sikap yang baik dalam merespon mata pelajaran matematika.
Dalam observasi di MA.Tuma’ninah Yasin Metro ketika proses belajar sampai proses belajar selesai guru kurang memberikan motivasi belajar kepada siswa .
Berdasarkan latar belakang diatas , maka penulis ingin mengadakan penelitian dengan judul “ PENGARUH MINAT BELAJAR  DAN SIKAP SISWA DIDALAM KELAS TERHADAP HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN MATEMATIKA MA.TUMA’NINAH YASIN METRO SEMESTER GANJIL SISWA  KELAS X TAHUN PELAJARAN 2011/2012  POKOK BAHASAN OPERASI ALJABAR PADA BENTUK AKAR.
B.     IdentififkasiMasalah
Berdasarkanlatarbelakangdiataspenulisdapatmengidentifikasimasalah yang adayaitu :
1.      Kurangnyaminatbelajarsiswapadamatapelajaranmatematika.
2.      Sikapsiswa yang kurangmemperhatikanketika guru sedangmenjelaskan.
3.      Masihadasiswa yang tidakmengerjakantugasmatematika.
4.      Hasilbelajarsiswamasihrendah.
5.       Guru kurangmemberikanmotivasibelajarkepadasiswa.
C.    PembatasanMasalah
Berdasarkanidentifikasimasalahdiatasmakapenulismembatasimasalahyaitupengaruhminatbelajarsiswadansikapsiswadidalamkelasterhadaphasilbelajarmatematikakelas X semester ganjilpadapokokbahasanoperasialjabarpadabentukakar.

D.    RumusanMasalah
Berdasarkanlatarbelakangmasalah di atasmakapenulismerumuskanmasalahyaitu :
1.   Adakahpengaruhantaraminat belajarsiswadenganhasilbelajarmatematika siswakelas x semester ganjil MA.Tuma’ninah YasinMetro tahunpelajaran 2011/2012 ?
2. Adakahpengaruh antara sikap siswa didalam kelas dengan hasil belajar matematika siswakelas x semester ganjil MA.Tuma’ninah YasinMetro tahunpelajaran 2011/2012 ?
3.   Adakahpengaruh antara minat belajar siswa dan sikap siswa didalam kelas dengan hasil belajar matematika siswa kelas x semester ganjil MA.Tuma’ninah YasinMetro tahunpelajaran 2011/2012 ?
E.     TujuanPenelitian
Penelitianinibertujuanuntukmengetahuisignifikasipengaruhantaravariabelminat belajar siswa dan sikapsiswadidalam kelas dengan hasil belajar matematika siswa.
Adapuntujuandaripenelitianiniadalahuntukmengetahuikeeratan :
1.      Pengaruhantaraminat belajarsiswadenganhasilbelajarmatematika siswakelas X semester ganjil MA.Tuma’ninah Yasin Metro tahunpelajaran 2011/2012.
2.             Pengaruhantara sikapsiswa didalam kelas dengan hasil belajar matematika siswakelas X semester ganjil MA.Tuma’ninah Yasin Metro tahunpelajaran 2011/2012.
3.         Pengaruh antara minat belajar siswa dan sikapsiswadidalam kelas dengan hasil belajar matematika siswakelas X semester ganjil MA.Tuma’ninah Yasin Metro tahunpelajaran 2011/2012.

F.     KegunaanPenelitian
Kegunaan yang diharapkandaripenelitianinisebagaiberikut :
1.      Bagi Siswa :
a.       Memberikan kontribusi kepada siswa – siswa kelas X MA.Tuma’ninah Yasin Metro agar dapat menyelesaikan hambatan belajar yang mereka   alami.
b.      Mengembangkan sikap ingin tahu siswa untuk meningkatkan hasil belajar.
2.      Bagi Guru :
a.         Dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi guru – guru matematika di MA.Tuma’ninah Yasin Metro.
b.         Meningkatkan kreativitas bagi guru dalam menciptakan pembelajaran matematika yang menarik.
3.      Bagi Sekolah :
                        Dapat meningkatkan mengembangkan pelaksanaan kurikulum pada pembelajaran matematika.

G.    Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini yaitu :
1.      Lokasi Penelitian adalah MA. Tuma’ninah Yasin Metro.
2.      Objek Penelitian ini adalah minat belajar (X1), sikapsiswa didalam kelas  (X2) danhasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika (Y).
3.       Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X MA.Tuma’ninahYasin Metro.
4.       Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada semester ganjil Tahun Pelajaran 2011/2012.
5.      Materi atau pokok bahasannya adalah Operasi aljabar pada bentuk Akar.


contoh 2

PROPOSAL SKRIPSI
A.      Judul
Studi Korelasi Antara Media Pengajaran Matematika Dengan Penguasaan Mata Pelajaran Matematika Pada Pokok Pembahasan Geometri Siswa Kelas VII A SMP Plus Darussalam Blokagung Semester Genap Tahun Ajaran 2011/2012.
B.       Latar Belakang Masalah
Pembelajaran Matematika umumnya didominasi oleh pengenalan rumus-rumus serta konsep-konsep secara verbal, tanpa ada perhatian yang cukup terhadap pemahaman siswa. Disamping itu proses belajar mengajar hampir selalu berlangsung dengan metode “chalk and talk” guru menjadi pusat dari seluruh kegiatan di kelas (Somerset, 1997 dalam Sodikin, 2004:1).
Pembelajaran matematika sering diinterpretasikan sebagai aktivitas utama yang dilakukan guru, yaitu guru mengenalkan materi, mungkin mengajukan satu atau dua pertanyaan, dan meminta siswa yang pasif untuk aktif dengan memulai melengkapi latihan dari buku teks, pelajaran diakhiri dengan pengorganisasian yang baik dan pembelajaran selanjutnya dilakukan dengan sekenario yang serupa.
Kondisi di atas tampak lebih parah pada pembelajaran geometri. Sebagian siswa tidak mengetahui mengapa dan untuk apa mereka belajar konsep-konsep geometri, karena semua yang dipelajari terasa jauh dari kehidupan mereka sehari-hari. Siswa hanya mengenal objek-objek geometri dari apa yang digambar oleh guru di depan papan tulis atau dalam buku paket matematika, dan hampir tidak pernah mendapat kesempatan untuk memanipulasi objek-objek tersebut. Akibatnya banyak siswa yang berpendapat bahwa konsep-konsep geometri sangat sukar dipelajari (Soedjadi, 1991 dalam Sodikin 2004:2).
Pada umumnya, sekelompok siswa beranggapan bahwa mata pelajaran matematika sulit difahami. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: Pertama, siswa kurang memiliki pengetahuan prasyarat serta kurang mengetahui manfaat pelajaran matematika yang ia pelajari. Kedua, daya abstraksi siswa kurang dalam memahami konsep-konsep matematika yang bersifat abstrak.
Dalam mengajarkan matematika, sebaiknya diusahakan agar siswa mudah memahami konsep yang ia pelajari, sehingga siswa lebih berminat untuk mempelajarinya. Jika sekiranya diperlukan media atau alat peraga yang dapat membantu siswa dalam memahami konsep matematika, maka seyogyanya guru menyiapkan media atau alat peraga yang diperlukan.
Dari pengalaman peneliti dalam memberikan pembelajaran matematika kepada siswa selama ini, sebagian besar siswa sulit memahami materi dimensi tiga, khususnya tentang irisan bidang dengan bangun ruang. Meskipun peneliti sudah berupaya membimbing siswa dalam memahami konsep irisan bidang dengan bangun ruang dengan cara menunjukkan sketsa gambar, namun hasil belajar siswa belum sesuai dengan yang diharapkan, yaitu masih banyak siswa yang nilainya kurang dari standar ketuntasan belajar minimal.
            Menurut Dienes (dalam Ruseffendi, 1980:134) menyatakan bahwa setiap konsep matematika dapat difahami dengan mudah apabila kendala utama yang menyebabkan anak sulit memahami dapat dikurangi atau dihilangkan. Dienes berkeyakinan bahwa anak pada umumnya melakukan abstraksi berdasasarkan intuisi dan pengalaman kongkrit, sehingga cara mengajarkan konsep-konsep matematika dapat dilakukan dengan menggunakan bantuan objek kongkrit. Dengan demikian, dalam mengajarkan matematika perlu adanya benda-benda kongkrit yang merupakan model dari ide-ide matematika, yang selanjutnya disebut sebagai alat peraga sebagai alat bantu pembelajaran. Alat bantu pembelajaran ini digunakan dengan maksud agar anak dapat mengoptimalkan panca inderanya dalam proses pembelajaran, mereka dapat melihat, meraba, mendengar, dan merasakan objek yang sedang dipelajari.
tentang penggunaan media visual atau alat peraga dalam pembelajaran materi irisan suatu bidang dengan bangun ruang. Dengan serangkaian tindakan, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai dengan evaluasi, diharapkan dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam memahami materi irisan suatu bidang dengan bangun ruang.
Dari permasalahan di atas maka penulis sangat tertarik untuk mengadakan suatu kajian tentang “ Adakah Korelasi Antara Media Pengajaran Matematika Dengan Penguasaan Mata Pelajaran Matematika Pada Pokok Bahasan Geometri Siswa Kelas VII A SMP Plus Darussalam Blokagung Semester Genap Tahun Ajaran 2011/2012”
C.      Rumusan Masalah
Untuk lebih mengarahkan pelaksanaan penelitian, maka yang menjadi pokok permasalahan adalah sebagai berikut :
Masalah Mayor:
Adakah korelasi antara media pengajaran matematika dengan penguasaan mata pelajaran matematika pada kompetensi geometri siswa kelas VII A SMP Plus Darussalam Blokagung semester genap tahun ajaran 2011/2012 ?
Masalah Minor:
1.      Adakah korelasi antara buku pelajaran matematika dengan penguasaan mata pelajaran matematika pada kompetensi geometri siswa kelas VII A SMP Plus Darussalam Blokagung Semester Genap Tahun Ajaran 2011/2012?
2.      Adakah korelasi antara alat-alat tulis matematika dengan penguasaan  mata pelajaran matematika pada kompetensi geometri siswa kelas VII A SMP Plus Darussalam Blokagung Semester Genap Tahun Ajaran 2011/2012?
D.      Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tujuan Umum:
Ingin mengetahui Ada tidaknya korelasi antara media pengajaran matematika dengan penguasaan mata pelajaran matematika pada kompetensi geometri siswa VII A SMP Plus Darussalam Blokagung Semester Genap Tahun Ajaran 2011/2012.
Tujuan Khusus:
1.      Ingin mengetahui Ada tidaknya  korelasi antara buku pelajaran matematika dengan penguasaan mata pelajaran matematika pada kompetensi geometri siswa kelas VII A SMP Plus Darussalam Blokagung Semester Genap Tahun Ajaran 2011/2012
2.      Ingin mengetahui Ada tidaknya korelasi antara alat – alat tulis matematika dengan penguasaan mata pelajaran matematika pada kompetensi geometri siswa kelas VII A SMP Plus Darussalam Blokagung Semester Genap Tahun Ajaran 2011/2012
E.       Hipotesis Penelitian
Hipotesa Kerja Mayor :
Ada korelasi antara media pengajaran matematika dengan penguasaan mata pelajaran matematika pada kompetensi geometri.
Hipotesa Kerja Minor:
1.    Ada korelasi antara buku pelajaran matematika dengan penguasaan materi  pelajaran matematika pada kompetensi geometri siswa kelas VII A SMP Plus Darussalam Blokagung Semester Genap Tahun Ajaran 2011/2012
2.    Ada korelasi antara a1at - a1at tulis matematika dengan penguasaan mata pelajaran matematika pada kompetensi geometri siswa kelas VII A SMP Plus Darussalam Blokagung Semester Genap Tahun Ajaran 2011/2012
Sedangkan dengan penganalisaan data digunakan tehnik statistik, maka hipotesa kerja yang diajukan harus diubah menjadi hipotesa nihil. Sehingga hipotesa nihilnya sebagai berikut:
Hipotesa Nihil Mayor:
Tidak ada korelasi antara media pengajaran matematika dengan penguasaan mata pelajaran matematika pada kompetensi geometri siswa kelas VII A SMP Plus Darussalam Blokagung Semester Genap Tahun Ajaran 2011/2012.
Hipotesa Nihil Minor:
1.    Tidak ada korelasi antara buku pelajaran matematika dengan penguasaan materi  pelajaran matematika pada kompetensi geometri siswa kelas VII A SMP Plus Darussalam Blokagung Semester Genap Tahun Ajaran 2011/2012
2.    Tidak ada korelasi antara a1at - a1at tulis matematika dengan penguasaan mata pelajaran matematika pada kompetensi geometri siswa kelas VII A SMP Plus Darussalam Blokagung Semester Genap Tahun Ajaran 2011/2012
F.       Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi siswa, guru, maupun sekolah.
1.      Bagi siswa, penelitian ini dapat mempermudah siswa dalam memahami konsep irisan bidang dengan bangun ruang dan meningkatkan motivasi belajar
2.      Bagi peneliti, penelitian ini sebagai wahana peningkatan profesionalisme guru yang akan berdampak pada kualitas pendidikan di sekolah
3.      Bagi guru lain, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai rujukan untuk menambah wawasan dalam menentukan strategi dan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran
4.      Bagi sekolah, penelitian ini dapat membantu meningkatkan kualitas hasil belajar, khususnya pelajaran matematika, sehingga secara langsung dapat meningkatkan kualitas pendidikan dan out put sekolah
5.      Lembaga STAIDA, penelitian ini dapat menambah koleksi perpustakaan
G.      Asumsi Penelitian
1.      Para responden memberi informasi sesuai fakta sebenarnya
2.      Para responden mengerjakan tes matematika dengan sungguh-sungguh tanpa bekerja sama dengan temannya


H.      Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
Batasa ruang lingkup penelitia ini hanya dilakukan pada siswa kelas VII A SMP Plus Darussalam Blokagung Banyuwangi tahun ajaran 2011/2012, sehingga memudahkan peneliti untuk mencapai tujuan penelitian ini.
I.         Definisi Istilah
Agar dapat memberikan gambaran yang jelas tentang judul dan untuk menghindari kesalahan dalam interprestasi, maka penulis perlu memberikan batasan dan penegasan istilah sebagai berikut :
a.   Korelasi
b.   Media Pengajaran
c.   Penguasaan
d    Mata Pelajaran Matematika

a.         Korelasi
Menunut Winarno Surachmad mengemukakan bahwa “Korelasi adalah hubungan antara dua atau lebih variabel yang dinyatakan dengan angka atau garis grafik” (1985 : 279).
Sedangkan menurut Kartini Kartono dijelaskan bahwa “Kore1asi adalah huhungan timbal balik yaitu saling berkaitan secara relatif teratur dua gejala atau lebih” (1986 : 335).
Dari kedua pendapat di atas dapat dijelaskan bahwa korelasi adalah hubungan timbal balik antara dua variabel (gejala) atau lebih yang saling berkaitan secara teratur dan dinyatakan dengan angka dan grafik.

b.        Media Pengajaran
Mansur M. dkk mengartikan “ Media adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, merangsang pikiran, perasaan dari kemauan siswa sehingga mendorong terciptanya proses belajar mengajar yang efektif dan efisien” (1987:116).
Sedangkan Yusuf Hadi Miarso mengemukakan pendapatnya sebagai berikut:
1. Media merupakan wadah dan pesan yang oleh sumber atau penyalurnya ingin diteruskan pada sasaran atau penenima pesan tersebut
2. Bahwa materi yang ingin disampaikan adalah pesan pembelajaran dan untuk  yang ingin dicapai adalah  terjadinya proses belajar” ( 1984 : 47 )
Dari uraian di atas dapat dijelaskan bahwa media pengajaran adalah alat bantu atau sarana kegiatan terciptanya proses belajar mengajar yang efektif dan efisien, dalam hal ini dapat pula dijelaskan bahwa proses belajar mengajar pada hakekatnya merupakan proses komunikasi artinya suatu keinginan pencapaian informasi dari guru ke siswa melalui media baik yang dapat diamati atau didengar.

c.         Penguasaan
Menurut WJS Poerwodarminto dijelaskan bahwa “ Penguasaan adalah pemahaman atau kesanggupan untuk menggunakan ( pengetahuan/pendidikan )” , (1986:529)
Sedangkan Joko Moesono mengemukakan bahwa “ materi pelajaran matematika di sekolah lanjutan ditekankan pada simbol sense yang artinya adalah penguasaan terhadap simbol - simbol dalam matematika. Simbol - simbol itu sendiri tidak selalu bermakna bilangan, tetap dapat saja bermakna hubungan bangun dan sebagainya” ( 1985 : 126 ).
Dan pendapat - pendapat di atas dapat dijelaskan bahwa pengertian penguasaan adalah sebagai suatu kemampuan untuk memahami simbol - simbol matematika yang sesuai dengan semester yang sedang dibicarakan.

d.        Mata Pelajaran Matematika
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan “ Materi pelajaran adalah suatu pengetahuan yang harus diberikan” (1995:637).
Selanjutnya pengertian matematika menurut Rooy Hollands adalah “Matematika adalah suatu sistem yang rumit tetapi tersusun sangat baik yang mempunyai banyak cabang pada suatu tingkat rendah pada ilmu hitung, aljabar dan ilmu ukur. Matematika adalah pelajaran pola dan hubungan-hubungan dan alat yang mewakili dan menghubungkan mereka “ ( 1984:81 ).
Sedangkan menurut Warasto “ Matematika adalah ilmu pasti yang membicarakan tentang hubungan bilangan kuantitatif dan ruang “ (1975:5 ).
 Bertolak dari pengertian - pengertian di atas dapat dijelaskan  bahwa pengertian matematika adalah ilmu yang diberikan dimana didalamnya mempelajari tentang bilangan - bilangan yang berkenaan dengan ide - ide atau struktur - struktur yang terorganisasikan.
Jadi yang dimaksud dengan judul yang berbunyi: Studi korelasi antara media pengajaran matematika dengan penguasaan mata pelajaran matematika pada kompetensi geometri adalah ingin mengetahui hubungan timbal balik antara sarana atau media yang digunakan dalam proses belajar mengajar guna mencapai kemampuan dalam memahami simbol - simbol serta ide-ide atau struktur-struktur menurut aturan yang terorganisasikan pada pelajaran matematika pokok bahasan geometri siswa kelas VII A SMP Plus Darussalam Blokagung Semester Genap Tahun Ajaran 2011/2012.
J.        Metode Penelitian
1.      Metode Penentuan Daerah Penelitian
Didalam penentuan daerah penelitian diperlukan suatu batasan daerah penelitian, agar penelitian dapat dijangkau dengan mempertimbangkan beberapa faktor waktu, tenaga, biaya serta faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi penelitian.
Menurut Ignatius Suharto“ Daerah penelitian adalah suatu tempat dimana diadakan penelitian”,(2004:51).
Sedangkan menurut  Arry Miryanti“ Daerah penelitian adalah lokasi atau tempat dimana diadakan suatu kegiatan penyelidikan, pengumpulan, analisa dan penyajian data yang dilakukan secara sistematis, (2002:34).
Berdasarkan pendapat di atas dapat dijelaskan bahwa daerah penelitian adalah tempat atau lokasi dimana diadakan suatu penelitian yang dilakukan secara sistematis. Sedangkan  daerah yang digunakan sebagai daerah penelitian adalah  SMP Plus Darussalam Blokagung Kabupaten Banyuwangi.
2.      Metode Penentuan Responden
Menurut Suharsimi Arikunto , “ Responden adalah orang yang merespon atau menjawab pertanyaan yang diajukan oleh peneliti” (2002:178).
Sedangkan menurut Siswoyo Hardjodiputro, “Responden adalah orang - orang yang dikenai jawaban terhadap suatu masalah penelitian”, (1998:17).
Dari pendapat - pendapat di atas dapat dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan responden adalah orang - orang yang dapat memberikan respon terhadap masalah yang diteliti baik secara populasi maupun sampel.
Arry Miryanti mengatakan bahwa “Populasi adalah keseluruhan objek penelitian”, (2002:45).
Suharsimi Arikunto mengatakan “ Purposive area biasanya dilakukan karena beberapa pertimbangan, misalnya keterbatasan waktu, tenaga, dan dana sehingga tidak dapat mengambil sampel yang besar dan jauh. Cara ini diperbolehkan namun ada syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu : pengambilan sampel harus didasarkan atas ciri-ciri pokok populasi, subyek yang diambil harus palimg banyak mengandung ciri-ciri yang terdapat pada populasi,”(2002:117).
Bertitik tolak pada uraian di atas, maka dalam penelitian ini penulis menggunakan metode populasi yaitu menggunakan seluruh subyek sebagai responden yaitu siswa kelas VII A SMP Plus Darussalam Blokagung semester genap tahun ajaran 2011/2012, sedangkan cara yang dipakai untuk menentukan subyek penelitian adalah dengan tehnik purposive area.
3.      Metode Pengumpulan Data
Moh. Nasir mengatakan bahwa “Pengumpulan data adalah prosedur sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan dan selalu ada hubungannya antara metode pengumpulan data dengan masalah penelitian yang ingin diperoleh”(1998:211).
Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto “ Pengumpulan data adalah pekerjaan yang penting sekali dalam penelitian “(2002:178).
Berdasarkan pendapat diatas Adapun metode yang digunakan dalam mengumpulkan berbagai macam data adalah :
1.      Metode Observasi
2.      Metode Angket
3.      Metode Dokumenter
4.      Metode Analisa Data

4.      Metode Observasi
Sutrisno Hadi memaparkan“Sebagai metode ilmiah, observasi biasa diartikan sebagai pengamatan dengan sistematika fenomena – fenomena yang diselidiki “’(1996:136).
Sedangkan menurut Suharsimi arikunto“ observasi atau pengamatan adalah study yang disengaja dan sistematis tentang fenomena sosial dan gejala – gejala praktis dengan jalan pengamatan dan pencatatan”,(2002:133).
Dari pendapat di atas dapat dijelaskan bahwa observasi adalah suatu penyelidikan yang dilakukan dengan pengamatan dan pencatatan, baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap fakta – fakta atau data.
Dalam penelitian ini digunakan metode observasi secara langsung yang ditujukan kepada responden untuk memperoleh data tentang media pengajaran dan penguasaan mata pelajaran matematika pada siswa kelas VII A SMP Plus Darussalam Blokagung Semester Genap Tahun Ajaran 2011/2012.

5.      Metode Angket
Metode angket adalah salah satu metode pengumpulan data yang menggunakan daftar pertanyan yang harus dijawab oleh responden.
Suharsimi Arikunto mengemukakan pendapatnya sebagai berikut:
“Angket atau kuestioner (questionaire) ialah suatu penyelidikan mengenai suatu masalah yang umumnya banyak menyangkut kepentingan umum (orang banyak), dengan jalan mengedarkan suatu daftar pertanyaan berupa formulir – formulir, diajukan secara tertulis kepada sejumlah subyek untuk mendapatkan jawaban atau tanggapan (respon) tertulis seperlunya” (2002:132)

Sedangkan Ignatius Suharto berpendapat “Angket adalah merupakan suatu daftar yang berisi pertanyaan yang harus dijawab atau dikerjakan oleh orang - orang yang menjadi subyek penelitian atau orang - orang ingin diselidiki (2004:105).
Dari pendapat di atas dapat dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan angket adalah suatu daftar yang berisi pertanyaan - pertanyaan atau formulir - formulir yang diajukan untuk dijawab atau dikerjakan oleh responden penelitian.
Suharsimi Arikunto mengemukakan pembagian angket sebagai berikut:
“Dilihat dan caranya memberikan quesioner dapat dibedakan :
a. Quesioner Langsung
Yaitu bila quesioner itu langsung diberikan kepada sasarannya. Jadi mendapat jawaban dari tangan pertama. Jadi tidak menggunakan perantara untuk mendapatkan jawaban.

b. Quesioner Tidak Langsung
Yaitu quesioner yang untuk mendapatkan jawaban membutuhkan perantara sehingga jawaban yang diperoleh tidak dari tangan pertama misalnya orang tua menjawab pertanyaan untuk anaknya, guru menjawab pertanyaan untuk muridnya dan sebagainya’(2002:128).

Kartini Kartono berpendapat, “ Menurut bentuk pertanyaannya atau jenis penyusunan item yang diajukan angket dapat dibedakan dalam dua golongan yaitu:
  1. Angket bentuk isian
  2. Angket bentuk pilihan” (1995:212).
Sedangkan Dewa Ketut Sukardi menjelaskan bahwa “ menurut sifatnya angket dibedakan menjadi dua macam yaitu :
1.      Angket bersifat langsung, jika angket diberikan kepada responden untuk meminta keterangan mengenai dirinya.
2.      Angket bersifat tidak langsung jika disampaikan kepada responden untuk meminta keterangan mengenai orang lain “(1993:55).
Maka dengan pendapat di atas jelas bahwa jika angket itu berbentuk atau penyusunannya berbentuk isian maka responden dapat menjawab pertanyaan menurut pengertiannya sendiri sedangkan angket yang penyusunannya berbentuk pilihan maka responden tinggal memilih salah satu jawaban yang tersedia. Dan menurut caranya ada dua macam yaitu secara langsung atau tak langsung.
Dalam penelitian ini yang digunakan adalah cara langsung yaitu diberikan langsung kepada responden tanpa perantara dan angket yang digunakan berbentuk pilihan, jadi responden tinggal memilih salah satu jawaban yang tersedia.

6.      Metode Dokumenter
Data dokumen merupakan salah satu bentuk data yang diperlukan untuk menunjang data - data yang dilakukan dalam suatu penelitian.
Menurut Nana Sudjana dikemukakan bahwa “Dokumenter adalah suatu cara mengumpulkan data yang didasarkan atas dokumen - dokumen atau berkas - berkas yang tersimpan di dalam suatu arsip”, (1993:28).
Selanjutnya Suharsimi Arikunto menjelaskan bahwa, “ Metoda dokumenter adalah metode yang mencari data atau variabel yang berupa catatan transkrip, surat kabar majalah, natula rapat, agenda dan sebagainya”, (2002:135).
Dari pendapat tersebut di atas dapat dijelaskan  bahwa metode dokumenter adalah tehnik mempelajari data yang sudah didokumentasikan berupa catatan  transkrip surat kabar majalah, notulen, agenda dan sebagainya,
Adapun data yang ingin diraih dalam metode dokumenter yaitu tentang gambaran umum keadaan SMP Plus Darussalam Blokagung Banyuwangi.

7.      Metode Analisa Data
Pengertian yang lebih jelas tentang metode analisa adalah cara utama yang digunakan untuk menyusun dan mengolah data yang terkumpul sehingga dapat rnenghasilkan kesimpulan yang tepat dan dapat dipertanggung jawabkan,
Menurut Suharsimi Arikunto, “ Statistik berarti cara - cara ilmiah yang dipersiapkan untuk mengumpulkan, menyusun, menyajikan dan menganalisa data penyelidikan yang berupa angka-angka “, (2002:221).
Sedangkan menurut Ingatius Suharto“Statistik adalah suatu tehnik untuk mengumpulkan data, meringkas dan menganalisa bahan yang berupa angka kebenaran dari bahan yang telah dianalisa”’(2004:12).
Sedangkan Winarno Surachmad berpendapat “Statistik adalah tehnik matematika di dalam mengumpulkan menyusun memberikan deskripsi menganalisa dan menafsirkan data kuantitatif “ (1995:283).
Menurut Paulus Waluyo “korelasi tetrakorik digunakan untuk memperhitungkan hubungan dua variabel yang masing-masing berskala ordinal dengan suatu catatan bahwa pengelolaan atau penjejangan dari masing-masing variabel adalah dua golongan”(1998:7).
Berdasarkan pendapat di atas maka dapat dijelaskan bahwa statistik adalah suatu cara untuk mengumpulkan data, meringkas dan menganalisa data yag berupa angka-angka sedangkan rumus yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasi tetrakorik.
Adapun rumusan yang dipakai dalam penelitian ini adalah korelasi tetrakorik, dengan rumus sebagai berikut :
1.      Mencari nilai phi ( Æ ) dengan rumus
    
2.      Menentukan besarnya korelasi tetrakorik dengan rumus :
     
3.      Menentukan korelasi dan menguji korelasi tetrakorik dengan rumus :
r = korelasi tetrakorik  x  faktor koreksi  x  faktor koreksi
4.      Untuk pengkajian hipotesa, penulis menggunakan Chi Kwadrat dengan rumus :
    
5.      Untuk menentukan diterima atau tidaknya hipotesa yang diajukan, diuji dengan taraf signifikasi 5%. Untuk mengetahui tingkat korelasi yang terjadi didasarkan pada koefisien korelasi sebagai berikut :

a.       0,80 - 1,00     =             korelasi yang sempurna
b.      0,60 - 0,80     = korelasi yang tinggi
c.       0,40 - 0,60     = korelasi yang sedang
d.      0,20 - 0,40     = korelasi yang rendah tapi ada
e.       0,00  - 0,20    = korelasi yang sangat rendah
(Winarno Surachman,1995:302)



K.      Jadwal Penelitian

No
Kegiatan
Minggu ke
1
2
3
4
5
6
1.
Konsultasi judul dan masalah
×
2.
Penyusun desain proposal penelitian (revisi)
×
3.
Penyusun instrument, metode penelitian, dan uji coba instrumen
×
4.
Pengumpulan data penelitian
×
5.
Analisis data, interpreStasi, simpulan.
×
6.
Penyelesaian, penggadaan, dan penyerahan.
×
Blokagung, 20 Maret 2012
    Penyusun                                                                 Dosen pembimbing 
            

                                          
MOH. YUSRON                                          Dra.WAHYU HANDAYANI.M.Pd
NIM: 2008.51.1.0045                                               NIP: ……………………………




L.       Daftar Rujukan



(dikutip dr MOH. YUSRON)

contoh 3

A.  Judul Penelitian
Pengaruh  Penerapan Model Pembelajaran Snowball Throwing Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII SMPN 1 Mlonggo Kabupaten Jepara Tahun Pelajaran 2013/2014 Pada Pokok Bahasan Operasi Aljabar.

B.  Latar Belakang Masalah 
Pendidikan merupakan sumber daya insani yang sepatutnya mendapat perhatian terus menerus dalam upaya peningkatan mutunya. Peningkatan mutu pendidikan berarti pula peningkatan kualitas sumber daya manusia. Untuk itu perlu di lakukan pembaruan dalam bidang pendidikan dari waktu ke waktu tanpa henti. Dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, maka peningkatan mutu pendidikan suatu hal yang sangat penting bagi pembangunan berkelanjutan di segala aspek kehidupan manusia. Sistem pendidikan nasional senantiasa harus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan yang terjadi baik di tingkat lokal, nasional, maupun global (Mulyasa, 2006: 4).
Proses pembelajaran tersusun atas sejumlah komponen atau unsur yang saling berkaitan satu dengan lainnya. Interaksi antara guru dan peserta didik pada saat proses belajar mengajar memegang peran penting dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Kemungkinan kegagalan guru dalam menyampaikan materi disebabkan saat proses belajar mengajar guru kurang membangkitkan perhatian dan aktivitas peserta didik dalam mengikuti pelajaran khususnya matematika. Adakalanya guru mengalami kesulitan membuat siswa memahami materi yang disampaikan sehingga hasil belajar matematika rendah.  
Keberhasilan pembelajaran matematika dapat diukur dari keberhasilan siswa yang mengikuti kegiatan pembelajaran tersebut. Keberhasilan itu dapat dilihat dari tingkat pemahaman, penguasaan materi, serta prestasi belajar siswa. Semakin tinggi pemahaman dan penguasaan materi serta prestasi belajar maka semakin tinggi pula tingkat keberhasilan pembelajaran. 
Dari hasil pengamatan pengajaran matematika di SMPN 1 Mlonggo Kabupaten Jepara di temukan beberapa kelemahan diantaranya adalah prestasi belajar matematika yang dicapai siswa masih rendah. Fakta tersebut ditunjukkan oleh nilai hasil belajar matematika siswa  SMPN 1 Mlonggo Kabupaten Jepara adalah 56,50 dan hal ini berarti masih di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) seperti yang ditetapkan oleh sekolah yang bersangkutan yaitu 60. Hal ini di pengaruhi oleh faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi siswa khususnya pada siswa kelas VIII  dalam pembelajaran matematika antara lain: 1) keaktifan siswa kelas VIII  dalam mengikuti pembelajaran masih belum tampak, 2) siswa jarang mengajukan pertanyaan, meskipun guru sering memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang hal-hal yang belum dipahami, 3) keaktifan dalam mengerjakan soal-soal latihan pada proses pembelajaran yang masih kurang, 4) siswa di kelas VIII  juga kurang mampu menuliskan apa yang diketahui, ditanyakan dan menentukan rumus yang tepat untuk menyelesaikan masalah.
Selain dari faktor siswa dalam proses pembelajaran, peran guru juga sangat penting. Pada kondisi awalnya cara guru mengajar di SMPN 1 Mlonggo Kabupaten Jepara khususnya guru matematika rata-rata mengajar dengan metode ceramah dan mengharapkan siswa duduk, diam dengan mencatat dan hafal. Pola penyampaian guru yang tidak terstruktur sehingga dalam pemahamannya siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi. 
Mengingat dalam pembelajaran itu melibatkan aktifitas mendengar, menulis, membaca merepresentasi dan diskusi untuk mengkomunikasikan suatu masalah khususnya matematika maka diskusi kelompok perlu dikembangkan. Dengan menerapkan diskusi kelompok diharapkan aspek – aspek komunikasi bisa dikembangkan sehingga bisa meningkatkan hasil belajar siswa. 
Salah salah satu alternative untuk mengatasi permasalahan di atas adalah Penggunaan strategi mengajar, pemilihan strategi pembelajaran yang menarik dan dapat memicu siswa untuk ikut serta secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar yaitu model pembelajaran aktif. Pada dasarnya pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar secara aktif. Dimana peserta didik di ajak untuk turut serta dalam proses pembelajaran, tidak hanya mental akan tetapi juga melibatkan fisik. Salah satu model pembelajaran aktif yang dapat mengatasi permasalahan tersebut yaitu strategi snowball throwing. 
Dalam pendekatan pembelajaran aktif ini siswa di harapkan mampu mengembangkan kreativitas dalam menyelesaikan soal matematika. Karena kreativitas itu merupakan kemampuan individu untuk menciptakan sesuatu hal yang baru dan berbeda. Kreativitas setiap siswa berbeda – beda, siswa yang memiliki kreativitas tinggi mampu belajar dengan baik, dapat menciptakan cara belajar dengan baik, dapat menciptakan cara belajar dengan mudah serta mampu memahami, menyelesaikan soal-soal yang dihadapi dalam belajar sehingga berpengaruh terhadap prestasi belajar yang dicapai. 
Strategi pembelajaran Snowball Throwing merupakan suatu cara penyajian pelajaran dengan cara siswa berkreatifitas membuat soal matematika dan menyelesaikan soal yang telah dibuat oleh temannya dengan sebaik- baiknya. Penerapan model Snowball Trowing ini dalam pembelajaran matematika melibatkan siswa untuk dapat berperan aktif dengan bimbingan guru, agar peningkatan kemampuan siswa dalam memahami konsep dapat terarah lebih baik. 

C.    Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah di atas, permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.   Bagaimanakah minat belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran Snowball Throwing pada siswa kelas VIII SMPN 1 Mlonggo Kabupaten Jepara tahun pelajaran 2013/2014 dalam pokok bahasan operasi aljabar?
2.      Bagaimanakah hasil belajar matematika dengan penerapan model pembelajaran Snowball Throwing pada siswa kelas VIII SMPN 1 Mlonggo Kabupaten Jepara tahun pelajaran 2013/2014 dalam pokok bahasan operasi aljabar?
3.     Apakah terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran Snowball Throwing dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMPN 1 Mlonggo Kabupaten Jepara tahun pelajaran 2013/2014 pada pokok bahasan operasi aljabar?

D.    Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran Snowball Throwing dalam meningkatkan hasil belajar matematia siswa kelas VIII SMPN 1 Mlonggo Kabupaten Jepara tahun pelajaran 2013/2014 pada pokok bahasan operasi aljabar.
Berdasarkan tujuan penelitian yang hendak di capai, maka penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat atau kegunaan dalam pendidikan baik secara langsung maupun tidak. Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 
Secara teoritis hasil penelitian ini di harapkan mampu memberikan sumbangan kepada pembelajaran matematika, terutama terhadap peningkatan hasil belajar matematika siswa. Serta secara khusus penelitian ini memberikan kontribusi pada strategi pembelajaran matematika yang berupa pergeseran dari pembelajaran yang tidak hanya mementingkan hasil menuju pembelajaran tetapi juga mementingkan prosesnya.

E.      Kajian Pustaka
       1.      Hakikat dari Variabel Y
a. Pengertian Belajar 
Sebagian besar ahli berpendapat bahwa belajar adalah merupakan proses perubahan, dimana perubahan tersebut merupakan hasil dari pengalaman. Dengan pengembangan tekhnologi informasi, belajar tidak hanya diartikan sebagai suatu tindakan terpisah dari kehidupan manusia. Banyak ilmuwan yang mengatakan belajar menurut sudut pandang mereka.
Beberapa definisi belajar sebagai suatu perubahan menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut.
1)      Gagne dan Berliner (Ani Tri, 2004:2) menyatakan bahwa belajar merupakan proses dimana sesuatu organisme mengubah perilakunya karena hasil dari pengalaman.
2)      Menurut Teori Belajar Konstruktivisme (Ani Tri, 2004:49-50) belajar adalah lebih dari sekedar mengingat. Siswa yang memahami dan mampu menerapkan pengetahuan yang telah dipelajari, mereka harus bias menyelesaikan masalah, menemukan sesuatu untuk dirinya, dan berkutat dalam berbagai gagasan. Guru adalah bukan orang yang mampu memberikan pengetahuan kepada siswa, sebab siswa yang harus mengkonstruksikan pengetahuan didalam memorinya sendiri. Sebaliknya tugas guru yang paling utama adalah : (a) memperlancar siswa dengan cara mengajarkan cara-cara membuat informasi bermakna dan relevan dengan siswa; (b) memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan gagasannya sendiri; (c) memanamkan kesadaran belajar dan menggunakan strategi belajarnya sendiri. Disamping itu guru harus mampu mendorong siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik terhadap materi yang dipelajarinya. 
3)      Menurut Suharsimi Arikunto (1980:19) mengartikan bahwa belajar merupakan suatu proses karena adanya usaha untuk mengadakan perubahan terhadap diri manusia yang melakukan, dengan maksud memperoleh perubahan dalam dirinya, baik berupa pengetahuan, ketrampilan maupun sikap.
4)      Sedangkan menurut Djamarah (2002:44) belajar merupakan serangkaian kegiatan jiwa dan raga untuk memperoleh perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungan.
5)      Slameto (1989:2) mengemukakan bahwa, belajar adalah proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam lingkungannya. 
6)      Zainal Aqib (2010:43) berpendapat bahwa: “Belajar adalah proses perubahan di dalam diri manusia. Apabila setelah belajar tidak terjadi perubahan dalam diri manusia, maka tidaklah dapat dikatakan bahwa padanya telah berlangsung proses belajar”. 
b.      Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Kingsley (dalam Sudjana, 2001:22) membagi tiga macam hasil belajar, yaitu : (1) keterampilan dan kebiasaan; (2) pengetahuan dan pengertian; (3) sikap dan cita-cita yang masing-masing golongan dapat diisi dengan bahan yang ada pada kurikulum sekolah. 
Menurut Muhibbin Syah (2010:145) secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat dibedakan menjadi tiga macam, yakni:
1)      Faktor internal (faktor dari dalam diri siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa;
2)      Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa;
3)      Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.  
c.         Pengertian matematika
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia matematika diartikan sebagai: “ilmu tentang bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur bilangan operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan” (Tim Penyusun KBBI, 2007:723).  
Sedangkan menurut Djati Kerami dan Sitanggang (2003:158) mengartikan matematika adalah: “pengkajian logis mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berkaitan “.
Matematika dikelompokan kedalam tiga bidang, yakni:
1).      Aljabar, pada dasarnya aljabar melibatkan bilangan dan pengabstrakannya ;
2).      Analisis, melibatkan kekontinuan dan limit;
3).     Geometri, membahas bentuk-bentuk dan konsep-konsep yang berkaitan (Djati Kerami dan Sitanggang, 2003:158). 
       2.      Hakikat dari Variabe X
a.       Model Pembelajaran 
Istilah model pembelajaran dibedakan dari istilah strategi pembelajaran, metode pembelajaran atau prinsip pembelajaran. Istilah model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dipunyai oleh strategi atau metode tertentu, yaitu: rasional teoritik yang logis yang disusun oleh penciptanya, tujuan pembelajaran yang akan dicapai, tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilakukan secara berhasil, dan lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai. 
b.      Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) menurut Holubec (dalam Nurhadi dkk, 2004:60) mengatakan bahwa: “Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) memerlukan pendekatan pengajaran melalui penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar  dalam mencapai tujuan belajar”. 
Sedangkan Abdurrahman dan Bintoro (2000:78) mengatakan bahwa: “pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi yang silih asah, silih asih, dan silih asuh antar sesama siswa sebagai latihan hidup di dalam masyarakat nyata”. 
         Model Pembelajaran Snowball Throwing adalah model pembelajaran yang melatih siswa untuk lebih tanggap menerima pesan dari orang lain, dan menyampaikan pesan tersebut kepada temannya dalam satu kelompok. Lemparan pertanyaan tidak menggunakan tongkat seperti model pembelajaran Talking Stik akan tetapi menggunakan kertas berisi pertanyaan yang diremas menjadi sebuah bola kertas lalu dilempar-lemparkan kepada siswa lain. Siswa yang mendapat bola kertas lalu membuka dan menjawab pertanyaannya.
Proses model pembelajaran Snowball Throwing adalah dibentuk kelompok yang diwakili ketua kelompok untuk mendapat tugas dari guru kemudian masing-masing siswa membuat pertanyaan yang dibentuk seperti bola (kertas pertanyaan) lalu dilempar ke siswa lain yang masing-masing siswa menjawab pertanyaan dari bola yang diperoleh (Syaifullah, 2009).
Menurut Eman Suherman (2011:7) sintaks dalam Snowball Throwing  adalah: (1) Informasi materi secara umum, (2) membentuk kelompok, (3) pemanggilan ketua dan diberi tugas membahas materi tertentu di kelompok, (4) bekerja kelompok, (5) tiap kelompok menuliskan pertanyaan dan diberikan kepada kelompok lain, (6) kelompok lain menjawab secara bergantian, (7) penyuimpulan, (8) refleksi dan evaluasi. 

F.     Kerangka Teoritik 
Di dalam kegiatan belajar mengajar, peranan motivasi baik instrinsik maupun ekstrinsik sangat diperlukan. Motivasi bagi pelajar dapat mengembangkan kemampuan berproses, dapat mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar. Dengan demikian, motivasi menentukan tingkat berhasil atau gagalnya perbuatan belajar siswa. 
Motivasi menurut Rooijakkers (1991 : 14) merupakan faktor internal yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Salah satu cara untuk menumbuhkan motivasi adalah dengan model pembelajaran yang bervariatif dan tidak monoton. Model pembelajaran Snowball Throwing adalah salah satu model pembelajaran yang bercirikan kerjasama antar siswa, berpikir, dan bermain sehingga siswa akan termotivasi untuk belajar dengan sungguh-sungguh. Dan pada akhirnya hasil belajar siswa pun akan meningkat. 

G.      Rumusan Hipotesis
Berdasarkan pemaparan di atas, maka penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut:
1.       Hipotesis kerja H1
Terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran Snowball Throwing dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMPN 1 Mlonggo Kabupaten Jepara tahun pelajaran 2013/2014 pada pokok bahasan operasi aljabar.
2.      Hipotesis Nihil H0
Terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran Snowball Throwing dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMPN 1 Mlonggo Kabupaten Jepara tahun pelajaran 2013/2014 pada pokok bahasan operasi aljabar.

H.      Metode Penelitian
1.      Tempat dan Waktu Penelitian 
Penulis memilih subyek penelitian ini adalah siswa SMPN1 Mlonggo Kabupaten Jepara, sedangkan waktu penelitian direncanakan akan dilaksanakan selama 10 hari yakni dari tanggal 10-20 Desember 2013.
2.      Populasi dan Sampel
a.       Populasi 
Populasi yang dipilih dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMPN 1 Mlonggo Kabupaten Jepara tahun pelajaran 2013/2014 yang memiliki dua kelas paralel, yaitu kelas VIII A berjumlah 35 siswa dan kelas VIII B berjumlah 30 siswa. Dengan demikian populasi dalam penelitian ini berjumlah sebanyak 65 siswa. 
b.      Sampel 
Karena populasi dalam penelitian ini hanya berjumlah sebanyak 65 siswa dan ini berarti subyeknya kurang dari 100, maka peneliti menggunakan teknik total sampling atau sampel jenuh. Keputusan ini berdasarkan apa yang dikemukakan oleh Arikunto (1996:120) bahwa, “Apabila subjeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua hingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10-15 %, atau 20-25% atau lebih”.  
Dari kedua kelas tersebut peneliti melakukan pengundian dalam rangka menetapkan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Setelah dilakukan pengundian, maka yang terpilih sebagai kelompok eksperimen adalah siswa kelas VIII A sebanyak 35 siswa dan siswa kelas VIII B sebanyak 30 siswa sebagai kelas kontrol. 
3.      Metode Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai yaitu untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran Snowball Throwing dalam meningkatkan hasil belajar matematika, maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode eksperimen dengan cara membandingkan hasil belajar kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Metode eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat (hubungan kausal) antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminasi atau mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor lain yang menggangu (Suharsimi Arikunto, 1996:3). 
Eksperimen  ini didesain menggunakan model two group posttest only design experiment (Arikunto, 2005: 212). Dalam pelaksanaannya kelompok eksperimen mendapatkan treatment berupa penggunaan model pembelajaran Snowball Throwing dan pos tes sedangkan pada kelas kontrol tidak diberikan perlakuan, dalam arti pembelajarannya menggunakan metode tradisional dan hanya mendapatkan pos tes. 
4.      Teknik Pengumpulan Data
Penerapan model pembelajaran Snowball Throwing dalam penelitian ini membutuhkan data-data yang dapat dianalisis sehingga dapat ditarik kesimpulan yang akurat dari hasil eksperimen yang dilakukan. Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode : 
a.       Tes 
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Suharsimi Arikunto, 1996:150).
Tes ini digunakan untuk mendapatkan hasil data pembelajaran matematika siswa sesudah diberikan perlakuan pada pokok bahasan operasi aljabar. Tes yang digunakan berupa tes obyektif.
b.      Metode dokumentasi 
Metode dokumentasi ini yaitu mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis seperti arsip-arsip yang berhubungan dengan masalah penelitian ini. Dokumentasi yang diperlukan adalah data mengenai nama siswa dan nilai ulangan matematika ketika siswa masih duduk di kelas VII. Hal ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan hasil belajar  matematika siswa sebelum diberikan perlakuan. 
c.       Metode Observasi
Metode ini digunakan untuk mendapatkan informasi pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran Snowball Throwing dilaksanakan.
5.      Teknik Analisis Data      
a.    Uji Prasyarat Analisis
Uji prasyarat analisis bertujuan untuk mengetahui normalitas dan homogenitasnya sebelum data tersebut dianalisis dengan menggunakan rumus uji-t.
1).    Uji Normalitas
Uji normalitas ini digunakan untuk menguji apakah data berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas ini diberikan kepada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol setelah diberikan pos tes. Peneliti menggukan statistik uji chi kuadrat.
χ2 hitung yang telah diperoleh dari hasil perhitungan selanjutnya dibandingkan dengan χ2 tabel dengan derajat kebebasan dk = K – 3 dan taraf signifikansi α = 5%. Data dikatakan normal apabila χ2hitung < χ2tabel. (Suharsimi Arikunto, 1996:290).
2).       Uji Homogenitas. 
Uji homogenitas ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah varians populasi homogen atau tidak. Peneliti melakukan pengujian dengan uji Fisher (uji F) sebagai berikut:
F : homogenitas yang dicari
MKk : Mean Kuadrat Kelompok
MKd : Mean Kuadrat Dalam
(Arikunto, 1996:293) 
Hasil yang diperoleh dari Fhitung selanjutnya dibandingkan dengan Ftabel yang mempunyai dk pembilang sebesar (nb – 1) dan dk penyebut (nk – 1) serta taraf signifikansi α = 5%. 
Dikatakan kelompok ekperimen dan kelompok kontrol berasal dari populasi yang memiliki variansi yang relative sama  apabila Fhitung < Ftabel .
b.    Pengujian Hipotesis
Setelah melakukan uji normalitas dan uji homogenitas, maka langkah berikutnya adalah melakukan analisis uji-t untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran Snowball Throwing terhadap hasil belajar matematika siswa.
Peneliti menggunakan uji statistik uji-t untuk satu pihak (pihak kanan). Langkah-langkah dalam melakukan pengujian adalah sebagai berikut: 
Hipotesis yang akan diujikan adalah:
  Ho : μ1 ≤ μ2 , nilai rata-rata kelompok eksperimen lebih rendah dari pada nilai rata-rata kelompok kontrol. 
 H1 : μ1 > μ2. nilai rata-rata kelompok ekperimen lebih tinggi dari pada nilai rata-rata   kelompok kontrol.
  α    = 5%
  Keterangan:
 H0   =     Tidak terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran Snowball Throwing dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMPN 1 Mlonggo Kabupaten Jepara tahun pelajaran 2013/2014 pada pokok bahasan operasi aljabar.
  H1  =  Terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran Snowball Throwing dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMPN 1 Mlonggo Kabupaten Jepara tahun pelajaran 2013/2014 pada pokok bahasan operasi aljabar.
Hasil yang diperoleh dari thitung selanjutnya dibandingkan dengan ttabel yang memiliki derajat kebebasan dk = N1 + N2 - 2 dan taraf signifikansi α = 5%. Dalam hal ini tolak hipotesis nol jika thitung > ttabel. Dengan demikian dapat dikatakan terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran Snowball Throwing terhadap hasil belajar matematika siswa.
6.      Statistik Hipotesis Penelitian (Secara Matematika)
Hipotesis statistik yang  diajuka adalah sebagai berikut:
Ho : μ1 ≤ μ2 , nilai rata-rata kelompok eksperimen lebih rendah dari pada nilai rata-rata kelompok kontrol. 
H1 : μ1 > μ2. nilai rata-rata kelompok ekperimen lebih tinggi dari pada nilai rata-rata kelompok kontrol.
α    = 5%
Keterangan:
H0    =    Tidak terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran Snowball Throwing dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMPN 1 Mlonggo Kabupaten Jepara tahun pelajaran 2013/2014 pada pokok bahasan operasi aljabar.
 H1  =   Terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran Snowball Throwing dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMPN 1 Mlonggo Kabupaten Jepara tahun pelajaran 2013/2014 pada pokok bahasan operasi aljabar.

I.     Sistematika Pembahasan  
       Dalam menyusun sebuah proposal skripsi dibutuhkan runtutan yang sistematis agar proposal skripsi yang kita buat bisa baik dan benar.  Kegiatan dari awal sampai akhir juga harus runtut dan berurutan guna agar dapat memperoleh hasil yang memuaskan. Dan runtutan sistematis tersebut adalah sebagai berikut:
1. Judul penelitian
2. Latar belakang masalah
3. Rumusan masalah
4. Tujuan dan manfaat penelitian
5. Kajian pustaka 
6. Kerangka teoritik
7. Rumusan hipotesis
8. Metode penelitian
       Itulah runtutan sistematatis pembahasan dalam membuat sebuah proposal skripsi guna dapat memperoleh dan menjadikan proposal yang baik. Jika runtutan sistematis tersebut dapat dipenuhi semua, proposal skripsi yang kita buat akan menjadi baik dan benar.


















Kepustakaan

Abdurrahman M dan Bintoro, Memahami dan Menangani Siswa dengan Problema dalam Belajar: Panduan Guru, (Jakarta: Proyek Peningkatan Mutu SLTP, Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Direktorat Jendral Pendidikan Dasan dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional, 2000).
Ani Tri C, Psikologi Belajar, (Semarang: UPT UNNES Press, 2004)
Aqib Zainal, Propesionalisme Guru Dalam Pembelajaran, (Surabaya: Insan Cendikia, 2010)
Arikunto Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 1996)
Djamarah Syaiful Bahri dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002)
Kerami Djati dan Cormentyna Sitanggang, Kamus Matematik, (Jakarta: Balai Pustaka, 2003)
Nurhadi, dkk., Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) Dan Penerapannya Dalam KBK, (Malang: Penerbit Universitas Negeri Malang, 2004)
Rooijakkers A, Mengajar Dengan Sukses, (Jakarta: PT Grasindo (Gramedia Widiasarana Indonesia), 1991)
Slameto, Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi, (Jakarta: Bina Aksara, 1989)
Sudjana Nana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru, 1989)
Suherman Erman, Sistem Belajar Mengajar, (Jakarta: Universitas Terbuka, Depdikbud, 1992).
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003)
 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (edisi revisi), (Jakarta: Rajawali Pers, 2010)
Tim Penyusun KBBI, Kamus Besar Bahasa Indonesia (edisi ketiga), (Jakarta: Balai Pustaka, 2007)
Widowati Armeta Septian,. Pembelajaran Matematika Melalui Strategi Snowball Throwing Dengan Peta Konsep Dalam Upaya Peningkatan Kreativitas Belajar Siswa, (Surakarta: Tidak Diterbitkan, 2010)

contoh 4

Contoh Proposal Skripsi Pendidikan Matematika : Pendekatan Keterampilan Proses
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Permasalahan yang ada dalam dunia pendidikan formal bertambah dari tahun ke tahun. Salah satu permasalahan utama yang dihadapi bangsa indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan formal pada setiap jenjang pendidikan. Usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, antara lain melalui berbagai pelatihan dan peningkatan kompetensi guru, pengadaan buku dan alat pelajaran, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan dan peningkatan mutu manajemen sekolah. Namun demikian berbagai indikator mutu pendidikan belum menunjukkan peningkatan yang berarti.
Banyak pihak yang mempertanyakan apa yang salah dalam penyelenggaraan pendidikan kita ? dari berbagai pengamatan dan analisis data ada banyak faktor yang menybabkan mutu pendidikan tidak mengalami peningkatan yang bermakna, salah satunya yaitu pendekatan yang digunakan di dalam kelas belum mampu menciptakan kondisi optimal bagi berlangsungnya pembelajaran. Selama ini pendekatan yang digunakan adalah pendekatan input-output analisis, yaitu pendekatan yang menganggap bahwa apabila input pendidikan seperti pelatihan guru, pengadaan buku dan alat pelajaran, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan lainnya dipenuhi maka mutu pendidikan secara otomatis akan terjadi. Dalam kenyataan mutu pendidikan yang diharapkan tidak terjadi. Mengapa? karena selama ini pendekatan terlalu memusatkan pada input pendidikan dan kurang memperhatikan proses pendidikan padahal proses pendidikan sangat menentukan output pendidikan. 
Proses pendidikan tidak terlepas dari kegiatan belajar mengajar di kelas. Kegiatan belajar mengajar sangat ditentukan oleh kerjasama antara guru dan siswa. Guru dituntut untuk mampu menyajikan materi pelajaran dengan optimum. Olehnya itu diperlukan kreatifitas dan gagasan yang baru untuk mengembangkan cara penyajian materi pelajaran di sekolah. Kreativitas yang dimaksud adalah kemampuan seorang guru dalam memilih metode, pendekatan, dan media yang tepat dalam penyajian materi pelajaran.
Namun kenyataan menunjukkan bahwa sampai saat ini masih banyak guru yang menggunakan pendekatan tradisional dalam pembelajaran matematika sehingga siswa belum terarahkan untuk memahami sendiri konsep-konsep matematika yang sedang dipelajari. Pendekatan tradisional tersebut belum mampu mengembangkan kemampuan kognitif (penalaran), afektif (sikap), dan psikomotorik (keterampilan) seperti yang digariskan dalam GBPP. Dengan demikian siswa hanya cenderung menghafalkan konsep-konsep matematika yang dipelajarinya tanpa memahami dengan benar. Akibatnya penguasaan terhadap konsep-konsep matematika siswa menjadi sangat kurang. Selain itu guru sebagai pemberi informasi cenderung mendominasi kegiatan pembelajaran di kelas sehingga tidak terjadi hubungan timbal balik antar guru dan siswa yang berimplikasi terhadap kualitas pembelajaran dalam proses belajar mengajar matematika.
Berdasarkan hasil observasi penulis di kelas IX SMP Negeri 1 Bone-Bone, kondisi pembelajaran seperti yang digambarkan di atas masih sering terjadi. Siswa masih kurang aktif dalam proses belajar mengajar, hal ini mengakibatkan  hasil belajar matematika siswa tergolong rendah.
Dari uraian di atas, maka salah satu upaya yang dianggap dapat memecahkan masalah tersebut adalah dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses sebagai satu strategi yang diharapkan melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran matematika. Oleh karena itu perlu diamati dengan penerapan langsung di lapangan. Untuk menyelidiki hal tersebut peneliti mencoba mengadakan penelitian dengan judul “Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Melalui Pendekatan Keterampilan Proses Pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 1 Bone-Bone”.
Identifikasi Masalah
Masih banyak guru yang menggunakan pendekatan tradisional dalam pembelajaran matematika, sehingga siswa belum terarahkan untuk memahami sendiri konsep-konsep matematika yang sedang dipelajari. Pendekatan tersebut hanya mengembangkan kemampuan siswa untuk menghafal konsep matematika, belum mampu mengembangkan kemampuan kognitif (penalaran), afektif (sikap), dan psikomotorik (keterampilan) seperti yang digariskan dalam GBPP. Dengan demikian siswa hanya cenderung menghafalkan konsep-konsep matematika yang dipelajarinya tanpa memahami dengan benar. Hal ini mengakibatkan penguasaan siswa terhadap konsep-konsep matematika yang dipelajarinya menjadi kurang. Oleh karena itu diperlukan pendekatan pembelajaran yang lebih sesuai yaitu pendekatan keterampilan proses. Pendekatan keterampilan proses dapat diartikan sebagai suatu pendekatan belajar yang memberi kesempatan kepada siswa untuk terlibat secara aktif dalam proses menemukan konsep-konsep atau prinsip-prinsip matematika yang dipelajari.
1. A. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka permasalahan yang menjadi perhatian dalam penelitian ini adalah apakah hasil belajar matematika siswa kelas IX SMP Negeri 1 Bone-Bone dapat ditingkatkan melalui pembelajaran matematika dengan pendekatan keterampilan proses ?
Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan :
1. Meningkatkan aktifitas keterampilan proses melalui pendekatan keterampilan proses siswa kelas IX SMP Negeri 1 Bone-Bone.
2. Meningkatkan hasil belajar matematika keterampilan proses melalui pendekatan keterampilan proses siswa kelas IX SMP Negeri 1 Bone-Bone.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat begi :
1. Siswa.  Sebagai bahan masukan bagi siswa untuk mengevaluasi diri dan memberikan kesempatan berkembangnya keterampilan memproseskan perolehan belajarnya.
2. Guru.  Khususnya guru matematika sebagai bahan pertimbangan dalam mengelola dan merancang proses belajar mengajar.
3. Mahasiswa. Dapat menjadi motivator bagi mahasiswa lain untuk mengembangkan peneliti lebih lias sehingga dapat bermanfaat bagi pengembangan pembelajaran             matematika di sekolah.
4. Peneliti. Untuk mendapatkan gambaran yang jelas akan fakta dilapangan terutama yang    berkaitan dengan penerapan strategi belajar mengajar yang menggunakan        pendekatan keterampilan proses.
KAJIAN TEORETIK DAN HIPOTESIS TINDAKAN
Kajian Teoretik
Hakekat Matematika
@ Definisi matematika
Sampai sekarang ini belim ada kesepakatan yang bulat diantara para matematikawan tentang definisi matematika. Sasaran penelahan matematika tidak bersifat konkrit, tetapi bersifat abstrak. Matematika tidak hanya berhubungan dengan bilangan-bilangan serta operasinya melainkan juga unsur ruang sebagai sasarannya.
Matematika sebagai ilmu tentang struktur memerlukan penggunaan simbol-simbol dan hubungan, maka matematika memerlukan kemampuan memanipulasi aturan-aturan dengan operasi yang disepakati. Simbolisasi ini memungkinkan adanya komunikasi dan mampu memberikan keterangan untuk menyatakan suatu konsep baru. Penelaahan struktur-struktur sangat diperlukan untuk manyatakan suatu konsep dalam matematika harus dilakukan lebih dahulu sebelum pemanipulasian simbol-simbol.
Hudoyo (1990:4) berpendapat bahwa matematika berkenaan dengan ide-ide atau konsep-konsep abstrak yang tersusun secara hierarki dari penalaran deduktif. Matematika tersusun secara hierarkis dan saling berkaitan erat satu sama lain. Dalam belajar matematika harus bertahap dan berurutan secara sistematis serta harus didasarkan pada pengalaman belajar sebelumnya. Seseorang akan mampu mempelajari matematika yang baru apabila didasarkan kepada pengetahuan yang telah dipelajari. Pengajaran yang lalu akan mempengaruhi proses belajar materi matematika berikutnya yang tersusun secara heirarkis.
Matematika memiliki peran deduktif yang berkenaan dengan ide-ide yang abstrak dan simbol-simbol yang tersusun secara hierarkis serta aksiomatik, sehingga dalam belajar matematika memerlukan sesuatu aktifitas mental untuk memahami arti berbagai struktur, hubungan dan simbol. Kemudian menerapkan pada situasi lain, sehingga terjadi pengetahuan dan keterampilan.
@ Karakteristik Matematika
Setelah menralami tentang definisi, maka dapat terlihat adanya ciri-ciri khusus atau karakteristik yang dapat merangkum pengetian secara umum.
Beberapa karakteristik itu adalah :
1. Memiliki objek abstrak. Dalam matematika obyek dasar yang dipelajari adalah abstrak, sering juga disebut obyek mental. Obyek-obyek itu meliputi obyek pikiran yang meliputi fakta-fakta, konsep, operasi ataupun relasi dan prinsip. Dari obyek dasar itulah dapat disusun suatu pola dan struktur matematika.
2. Bertumpu pada kesepakatan. Dalam matematika kesepakatan yang amat mendasar adalah aksioma dan prinsip primitif. Aksioma diperlukan untuk menghindari kekeliruan dalam pendefinisian dimana konsep primitif itu tidak perlu didefenisikan.
3. Berpola pikir deduktif.  Dalam matematika sebagai ilmu hanya menerima pola pikir deduktif. Pola pikir secara deduktif secara sederhana dapat dikatakan pemikiran yang pangkal dari hala bersifat umum diterapkan atau diarahkan kepada hal yang bersifat khusus.
4. Memiliki simbol yang kosong dari arti. Dalam matematika terlihat banyak sekali simbol yang digunakan, baik berupa huruf ataupun bukan huruf. Rankaian simbol-simbol dalam matematika dapat membentuk suatu model dalam matematika. Makna huruf dan tanda dalam model itu bergantung dari permasalahan yang mengakibatkan terbentuknya model tersebut. Kosongnya arti simbol maupun tanda dalam model-model matematika itu justru memungkinkan interfensi ke ralam berbagai ilmu pengetahuan.
5. Memperhatikan semesta pembicaraan. Sehubungan dengan kosongnya pengertian tentang arti dari simbol-simbol dalam matematika di atas, menunjukkan dengan jelas bahwa dalam menggunakan matematika diperlukan kejelasan dalam lingkup apa model itu dipakai. Lingkup pembicaraan itulah yang disebut semesta pembicaraan. Benar atau salah ataupun ada tidaknya penyelesaian suatu model matematika sangat ditentukan oleh semesta pembicaranya.
6. Konsisten dalam sistemnya. Dalam matematika terdapat banyak sistem. Adanya sistem yang mempunyai kaitan satu sama lain, tetapi ada juga sistem yang dapat dipandang terlepas satu sama lain. Dari masing-masing sistem tersebut berlaku konsisten. Ini dapat pula dikatakan bahwa dalam setiap sistem dan strukturnya tidak boleh terdapat kontradiksi.
Pengertian Belajar dan Belajar Matematika
@ Pengertian belajar
Belajar merupakan kegiatan bagi setiap orang. Pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, kegemaran dan sikap seseorang terbentuk, dimodifikasi dan berkembang disebabkan belajar. Karena itu, seseorang dikatakan belajar, bila dapat diasumsikan dan diri orang itu terjadi suatu proses kegiatan yang mengakibatkan suatu proses kegiatan yang mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku.
Uzer dalam Darmin (2003:6) mengemukakan bahwa “belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya”.
Sedangkan Slameto (1991:2)  mengemukakan bahwa :
“Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengamatan individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya ”.
Kemudian Sudjana (1997:25) memberikan pengertian bahwa :
“Belajar adalah proses aktif, belajar adalah perubahan tingkah laku terhadap           semua situasi yang ada disekitar individu. Belajar adalah proses yang diarahkan             kepada tujuan yang melalui berbagai pengalaman seperti proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu ”.
Sejalan dengan itu, ahli belajar modern mengemukakan dan merumuskan perbuatan belajar adalah sebagai suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan (Hamalik 1993 :10).
Dari beberapa defenisi belajar yang telah dikemukakan di atas maka peneliti berkesimpulan bahwa belajar itu adalah salah satu kegiatan atau aktifitas manusia yang merupakan proses usaha yang aktif untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru, baik melalui berbagai pengalaman maupun kegiatan aktifitas yang terarah. Pengalaman belajar yang dimaksud dapat berupa proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu. Sedangkan belajar melalui atau aktifitas yang terarah dapat berupa mempertimbangkan dan menghubungkan dengan pengalaman masa lampau yang diaplikasikan dalam bentuk latihan.
@ Belajar matematika
Berkaitan dengan definisi matematika tersebut Ruseffendi (1998: 260) menyatakan bahwa “Matematika timbul karena pikiran-pikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses, dan penalaran”.
James dalam Suherman (2001:16) menyatakan bahwa :
“Matematika adalah konsep ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan,            besaran dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak yang terjadi ke dalam tiga bidang yaitu : aljabar, analisis, dan geometri”.
Masih banyak lagi definisi tentang matematika. Dari definisi-definisi tersebut setidaknya dapat memberi gambaran tentang pengertian matematika. Semua definisi tersebut dapat diterima, karena memang matematika dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang dan matematika itu sendiri dapat memasuki seluruh segi kehidupan manusia mulai dari yang paling sederhana sampai kepada yang lebih kompleks.
Dalam pembelajaran, matematika harus secara bertahap, berurutan serta berdasarkan kepada pengalaman yang telah ada sebelumnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Dienes dalam Muhkal (1999: 92) yang menyatakan bahwa “Belajar metematika melibatkan suatu struktur hierarki dari konsep-konsep tingkat lebih tinggi yang dibentuk atas dasar apa yang telah terbentuk sebelumnya”.
Pendapat lain dikemukakan oleh Bruner dalam Hudoyo (1990 :48) yaitu “Belajar matematika adalah belajar tentang konsep-konsep dan struktur matematika yang terdapat dalam materi yang dipelajari serta mencari hubungan-hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur matematika itu”.
Dari beberapa pengertian belajar di atas dapat disimpulkan bahwa belajar dalam konteks matematika adalah suatu konsep aktif yang sengaja dilakukan untuk memperoleh pengetahuan baru yang memanipulasi simbol-simbol dalam struktur matematika sehingga terjadi perubahan tingkah laku.
Hasil Belajar Matematika
Hasil belajar merupakan indikator keberhasilan yang dicapai siswa dalam usaha belajarnya. Hasil belajar adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan tingkat keberhasilan yang dicapai seseorang setelah melalui proses belajar.
Hudoyo (1990 : 139) memberikan batasan bahwa :
“Hasil belajar adalah proses berpikir untuk menyusun hubungan-hubungan antara   bagian-bagian informasi yang telah diperoleh sebagai pengertian-pengertian. Karena itu orang menjadi memahami dan menguasai hubungan-hubungan tersebut  sehungga orang itu dapat menampilkan pemahaman dan penguasaan bahan     pelajaran yang dipelajari”.
Pendapat lain dikemukakan Sudjana (1997 : 10) yaitu hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Sementara itu Sudjana membagi tiga macam hasil belajar yaitu :
1. Keterampilan dan kebiasaan
2. Pengetahuan dan pengertian
3. Sikap dan cita-cita
Selanjutnya mengenai bahan yang telah ditetapkan dalam kurikulum, bahan tersebut dapat diajarkan menurut jenis hasil belajar yang ingin dicapai.
Sedangkan Gagne dalam Sudjana (1997 : 12) membagi 5 kategori hasil belajar yaitu :
1. Informasi verbal
2. Keterampilan intelektual
3. Strategi kognitif
4. Sikap
5. Keterampilan motoris
Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikulum maupun tujuan instruksional menggunakan klarifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom Dalam Sudjana (1997 : 13) yang secara garis besar dibagi menjadi tiga ranah, yaitu :
1. Ranah kognitif
2. Ranah afektif
3. Ranah psikomotorik
Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Hasil belajar matematika dapat diukur langsung dengan menggunakan tes hasil belajar
Pendekatan Keterampilan  Proses
Didalam kurikulum 1984, keterampilan proses didefinisikan sebagai suatu pendekatan mengajar yang memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk terlibat aktif dalam proses belajar mengajar sehingga kesempatan untuk mengembangkan diri dan percaya diri dapat ditingkatkan. Dalam pendekatan seperti ini diharapkan konsep, hukum, teori dapat dirumuskan dan didefenisikan sendiri melalui proses yang dilakukannya.
Pada petunjuk pelaksanaan prosese balajar mengajar dijelaskan pula bahwa yang dimaksud dengan keterampilan proses adalah keterampilan siswa untuk mengelola perolehan belajarnya yang didapat melalui proses belajar mengajar yang memberikan kesempatan lebih luas kepada siswa untuk mengamati, menggolongkan, meramalkan, menerapkan, merencanakan, dan mengkomonikasikannya. Pada dasarnya keterampilan fisik dan mental serta pengembangan keterampilan proses telah dimiliki pula oleh anak meskipun dalam wujud potensi atau kemampuan yang masih rendah, kemampuan yang masih perlu dituntut untuk diwujudkan.
Suryo Subroto (1995 : 75) mengemukakan bahwa dengan mengembangkan keterampilan-keterampilan memproseskan pendekatan belajar, anak akan mampu menemukan dan mengembangkan sikap dan nilan yang dituntut seluruh irama gerak atau tindakan dalam prosese balajar mengajar sejati menciptakan kondisi cara belajar siswa aktif. Dengan demikian, melalui pendekatan keterampilan proses itu diterapkan sentuhan untuk mengaktifkan anak didik belajar untuk mempelajari sesuatu mewujudkan suatu minat yang akhirnya mengarah kepada suatu keterlibatan yang dilandasi rasa tanggung jawab didalam menghadapi dan mangatasi masalah-masalah dalam belajar.
Sementara itu proses belajar mengajar hendaknya selalu mengikutkan siswa secara aktif guna mengembangkan kemampuan-kemampuan siswa antara lain kemampuan mengamati, menginterpretasikan, meramalkan, mengaplikasikan konsep, merencanakan dan melaksanakan penelitian, serta mengkomunikasikan hasil penemuannya.
Hal ini sejalan dengan tujuan pendekatan keterampilan proses itu sendiri yang meliputi :
1. Memberikan motivasi .belajar kepada siswa karena dalam keterampilan proses siswa dipacu untuk senantiasa bepartisipasi aktif dalam belajar
2. Untuk lebih memperdalam konsep pengertiandan fakta yang dipelajari siswa karena hakekatnya siswa sendirilah yang mencari dan menemukan konsep tersebut
3. Untuk mengembangkan pengetahuan atau teori dengan kenyataan hidup dalam masyarakat sehingga antara teori dan kenyataan hidup akan serasi
4. Sebagai persiapan dan latihan dalam menghadapi hidup didalam masyarakat sebab siswa telah dilatih untuk berpikir logis dalam memecahkan masalah
5. Mengembangkan sikap percaya diri, bertanggung jawab dan rasa kesetiakawanan sosial dalam menghadapi berbagai masalah.
Pada dasarnya keterampilan proses ini dilaksanakan dengan menekankan pada begaimana siswa belajar, begaimana siswa mengolah problemnya sehingga menjadi miliknya. Yang dimaksud dengan perolehan itu adalah hasil belajar siswa yang diperoleh dari pengalaman dan pengamatan lingkungan yang diolah menjadi suatu konsep yang diperoleh dengan jalan belajar secara aktif melalui keterampilan proses. Keterampilan proses dan ciri-cirinya oleh Sriyono (1988 : 36) disajikan dalam tabel 1.1 berikut :
No Keterampilan Proses Indikator Komponen operasional
1 Mengamati dengan panca indera Mengumpulkann fakta yang relefan, menggunakan sebanyak mungkin indera. Merasakan, meraba, membau, mencicipi, mengecap
2 Mengajukan pertanyaan Bertanya untuk menerima kejelasan Bertanya mengapa, apa atau bagaimana
3 Menghitung Berhitung, hasil perhitungan dapat dikomunikasikan dengan tabel, grafik atau hitogram. Hitunglah
4 Menggambar Menggambar Menggambar
5 Berkomunikasi Menyusun dan menyampaikan informasi secara sistematis, menjelaskan hasil, mendiskusikan hasil. Berdiskusi, berdeklamasi, bertanya, memperagakan, mengekspresikan dan melaporkan dalam bentuk lisan, tulisan, gambar penampilan dan gerak.
6 Mengukur Mengukur dengan alat ukur baku. Mengukur
7 Klasifikasi Memasukan kedalam golongan atau kelompok berdasarkan patokan tertentu. Mengelompokkan, menggolongkan, membandingkan, mengontraskan.
8 Prediksi Dengan menggunakan pola-pola (hubungan-hubungan) mengemukakan apa yang mungkin terjadi pada keadaan yang belum diamati. Meramalkan, menafsirkan berdasarkan kecenderungan pola yang telah dimiliki melalui hubungan pola atau fakta untuk diterapkan pada suatu yang baru.
9 Menyimpulkan Memberi arti inferensi Menyimpulkan, menginterpretasikan.
10 Menerapkan konsep Menggunakan konsep-konsep yang telah depelajari dalam situasi baru. Menggunakan, menerapkan konsep dalam situasi yang baru.
Hipotesis Tindakan 
Berdasarkan kajian teoretik yang telah diuraikan diatas, maka diajukan hipotesis tindakan sebagai berikut “Bila Diterapkan Pendekatan Keterampilan Proses dalam Pembelajaran Matematika, maka Hasil Belajar Matematika siswa kelas IX SMP Negeri 1 Bone-Bone dapat meningkat ”.
METODE  PENELITIAN
Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom action research), yang dibagi dalam dua siklus dengan empat tahapan, yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi yang dilakukan secara berulang.
Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas IX SMPN 1 Bone-Bone tahun pelajaran 2010/2011.
Faktor Yang Diselidiki
1. Faktor hasil belajar, yaitu perilaku-perilaku belajar siswa yang mencakup keaktifan, kehadiran, serta penguasaan siswa tentang hasil belajar matematika siswa yang dapat melalui pembelajaran dengan penerapan keterampilan proses termasuk dalam kategori rendah, sedang, dan tinggi.
2. Faktor siswa, yaitu melihat kemampuan dalammenyelesaikan masalah soal matematika dalam pembelajaran dengan metode pendekatan keterampilan proses.
3. faktor sumber pelajaran, yaitu untuk melihat sumber atau bahan pelajaran dan soal-soal latihan yang diberikan sudah sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.
Prosedur Kerja Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus yaitu siklus 1 (berlangsung selama tiga minggu) dan siklus II (berlangsung selama tiga minggu). Tiap  siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai. Untuk itu setiap akhir siklus diberikan tes untuk melihat sejauh mana peningkatan kemampuan siswa.
Secara rinci, prosedur penelitian yang dilakukan dalam pelaksanaan penelitian dijabarkan sebagai berikut :
SIKLUS I
Perencanaan
Adapun kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap perencanaan adalah :
1. Menelaah materi pelajaran matematika SMP
2. Membuat skenario pembelajaran
3. Membuat lembar observasi untuk melihat kondisi proses belajar mengajar berlangsung di kelas ketika pendekatan keterampilan proses diaplikasikan
4. Melaksanakan tes akhir untuk melihat perkembangan siswa setelah menerapkan pendekatan keterampilan proses
Melaksanakan Tindakan
Kegiatan awal
Guru mengawali pertemuan dengan mengecek kehasiran siswa. Selanjutnya guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Guru memberi motivasi kepada siswa tentang pentingnya materi yang akan disajikan.
Kegiatan inti
Pengembangan
Guru mengawali kegiatan dengan mengajukan masalah keterampilan proses. Jika pengetahuan materi siswa belum cukup untuk menjawab masalah tersebut, maka guru membimbing siswa kearah jawaban yang benar atau menjelaskan materi yang belum dipahami siswa. Guru memberikan pekerjaan kepada siswa aecara berkeliling. Kemudian guru memberikan pertanyaan lanjutan lalu mendorong siswa untuk membuat kesimpulan dari jawaban yang bervariasi, sampai kepada kesimpulan yang diinginkan. Guru selalu memantau belajar siswa, untuk mengetahui apakan materi yang diinginkan sudah dipahami, siswa diberi kesempatan untuk bertanya dan meminta penjelasan guru.
Penerapan
Untuk memantapkan pemahaman siswa tentang sub pokok bahasan, maka siswa diarahkan untuk mengerjakan soal latihan. Lalu guru maminta salah seorang siswa mengerjakan di papan tulis, agae siswa yang belum paham depat tertolong dan termotivasi untuk belajar. Penugasan kepada siswa untuk menyelesaikan soal di papan tulis, dilakukan secara bergantian sehingga setiap siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk mendapatkan tugas.
Kegiatan akhir
Review
Guru membahas ulang secara singkat pembelajaran yang dilakukan,  kemudian  siswa dibimbing untuk membuat rangkuman.
Penugasan pekerjaan rumah
Guru menugaskan siswa untuk mengerjakan soal-soal pada buku paket masing-masing secara individu.
Penilaian
Jenis tagihan adalah tugas individu, disamping itu guru juga menilai aktifitas siswa selama pembelajaran berlangsung untuk memantau peningkata minat siswa dalam belajar, untuk mengetahui hasil belajar siswa pada siklus 1 dengan penerapan keterampilan proses.
Observasi
Observasi dilakukan terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan. Semua kejadian dicatat oleh peneliti.
Refleksi
Pada akhir siklus diadakan refleksi terhadap hal-hal yang diperoleh baik dari hasil observasi dan evaluasi dikumpul kemudian dianalisis. Kekurangan-kekurangan yang telah terjadi pada siklus 1 diperbaiki pada siklus berikutnya.
SIKLUS II
Langkah-langkah yang dilakukan dalam siklus II ini relatif sama dengan perencanaan memperhatikan dengan kenyataan yang ditemukan dilapangan.
Perencanaan
Kegiatan dilakukan pada tahap perencanaan secara umum sama dengan siklus I dengan memperhatikan kesulitan yang dialami pada siklus I.
Pelaksanaan tindakan
Pelaksanaan tindakan pada siklus II ini pada dasarnya sama dengan pelaksanaan tindakan pada siklus I dengan memperhatikan kesulitan yang dialami siswa pada siklus I serta guru melakukan pembenahan dalam penyajian materi dan pelaksanaan tindakan sehingga siswa lebih akrif dan termotivasi dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar.
Observasi
Pada dasarnya observasi pada siklus II sama dengan observasi yang dilakukan sebelumnya. Peneliti mencatat temuan dan perubahan yang terjadi pada siswa, serta melaksanakan evaluasi yaitu berupa tes hasil belajar pada akhir siklus, untuk mengetahui hasil belajar siswa pada siklus II ini.
Refleksi
Data  yang diperoleh pada tahap obsevasi dikumpul dan dianalisis, demikian pula untuk hasil evaluasinya.
Teknik Pengumpilan Data
Teknik pengumpulan data yang akan dilakukan adalah sebagai bewrikut :
1. Data hasil belajar diambil dengan memberikan tes kepada siswa
2. Data tentsng situasi belajar pada saat dilaksanakannya tindakan diambil dengan observasi.
Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis perilaku siswa kelas IX SMP Negeri 1 Bone-Bone selama proses belajar mengajar berlangsung. Sedangkan analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis hasil belajar matematika siswa melalui pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses.
Penelitian yang digunakan untuk menentukan kategori adalah berdasarkan teknik kategori yang sitetapkan departemen pendidikan dan kebudayaan dikutip oleh Wahyuna (2004 : 23) adalah sebagai berikut :
No Nilai Kategori
1
2..
3.
4.
5. 8,5 – 10,00
6,6 – 8,4
5,5 – 5,4
3,5 – 5,4
0 – 3,4 Sangat tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Sangat tendah
Indikator Kerja
Yang menjadi indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini adalah apabila terjadi peningkatan skor rata-rata hasil belajar matematika siswa kelas IX SMP Negeri 1 Bone-Bone setelah menerapkan pembelajaran dengan metosde pendekatan keterampilan proses.
DAFTAR PUSTAKA
Darmin, E .T , 2003. Belajar Dan Pembelajaran. Surabaya. Terbit Terang.
Hamalik, Oemar . 1993. Media Pendidikan Cetakan ke Vi. Bandung : Citra Aditya.
Hudoyo, Herman, 1990 . Strategi Belajar Matematika. Malang : IKIP Malang.
Irfansyah, 2007. Meningkatkan Hasil Belajar Matematika dengan MenerapkanPendekatan Open-Ended pada Siswa Kelas VII SMP Satria Makassar.
Skripsi. FMIPA UNM Makassar.
Muhkal, Mappaita. 1999. Modul Kuliah. Pengembangan Rencana PenbelajaranMatematika di SLTP dan SMU. Makassar : FMIPA UNM
Ruseffendi, 1998. Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya Dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung : Tarsito
Slameto, 1991. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta :
Rineka  Cipta
Coni R. Semiawan, 1992. Mencari Strategi Pengembangan Pendidikan Nasional   Menjelang abad XXI. PT Grasindo, Jakarta.
Sudjana,1997. Penilaian proses belajar mengajar. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya
Suherman, Erman, dkk. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.
Bandung : JICA-UPI.
Subroto, B. Suryo, 1996. Proses Belajar Mengajar Disekolah. Jakarat. Rineka Cipta
Supardi, 1999. Hubungan Kreativitas dan Keterampilan Proses Dengan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas III SLTP Negeri 1 Bantaeng tahun pelajaran 1998/1999. skripsi FMIPA UNM Makassar.







Tidak ada komentar: