7 strategi pembelajaran aktif
A.
CRITICAL INCIDENT (PENGALAMAN PENTING)
Strategi ini digunakan untuk memulai kegiatan
pembelajaran. Tujuan dari penggunaan strategi ini adalah untuk melibatkan
peserta didik sejak awal dengan melihat pengalaman mereka.
Langkah-langkah:
1. Sampaikan kepada peserta didik topik atau materi yang akan dipelajari dalam
pertemuan ini.
2. Beri kesempatan beberapa menit kepada peserta didik untuk megingat-ingat
pengalaman mereka yang tidak terlupakan berkaitan dengan materi yang ada.
3. Tanyakan pengalaman apa yang menurut mereka tidak terlupakan.
4. Sampaikan materi dengan mengaitkan pengalaman-pengalaman peserta didik
dengan materi yang akan anda sampaikan.
Strategi ini dapat digunakan dengan maksimal
pada mata kuliah atau mata pelajaran yang bersifat praktis, seperti pada mata
kuliah Metodologi Pengajaran di jurusan-jurusan keguruan.
Hlm. 2
B.
DISKUSI
Metode diskusi adalah satu dari alat yang
paling berharga dalam daftar strategi yang dimiliki seorang pengajar. Sering
guru/dosen dari kelas besar merasa bahwa ia harus menggunakan metode ceramah
karena diskusi tidak mungkin. Sebenarnya strategi diskusi dapat digunakan dalam
semua kelas baik besar maupun kecil. Memang diskusi di kelas kecil dapat lebih
efektif ketimbang kelas besar, tetapi kelas besar jangan jadi penghalang bagi
kemampuan guru/dosen untuk mendorong partisipasi serta berdikir peserta didik.
Diskusi mungkin tidak efektif untuk menyajikan
informasi beru dimana peserta didik sudah dengan sendirinya termotivasi. Tetapi
diskusi tampaknya sangat cocok ketika guru/dosen ingin melakukan hal-hal di
bawah ini:
-
Membantu peserta didik belajar berfikir dari
sudut pandang suatu subjek bahasan dengan memberi mereka praktek berfikir.
-
Membantu peserta didik mengevaluasi logika
serta bukti-bukti bagi posisi dirinya atau posisi yang lain.
-
Memberi kesempatan pada peserta didik untuk
memformulasikan penerapan suatu prinsip.
-
Membantu peserta didik menadari akan suatu problem
dan memformulasikannya dengan menggunakan informasi yang diperoleh dari bacaan
atau ceramah.
-
Menggunakan bahan-bahan dari anggota lain
dalam kelompoknya.
-
Memperoleh penerimaan bagi informasi atau
teori yang mengkounter cerita rakyat atau kepercayaan peserta didik terdahulu.
-
Mengembangkan motivasi untuk belajar yang
lebih jauh.
-
Memperoleh feedback yang cepat tentang
seberapa jauh suatu tujuan tercapai.
Dalam kelompok diskusi, guru/dosen dihadapkan
pada beberapa problem dalam hal antara lain:
-
Mendapatkan partisipasi dalam diskusi
-
Membuat kemajuan (atau membuat peserta didik
sadar akan kemajuan) menuju tujuan pembelajaran.
-
Mengatasi reaksi-reaksi emosional dari peserta
didik.
Bagaimana mengatsi peserta yang tidak mau
berpartisipasi?
Dalam kebanyakan kelas, beberapa peserta didik
berbicara banyak sekali dan yang lainya tidak mau bicara sepatah kata pun.
Untuk mengatasi keadaan ini di samping menggunakan teknis yang berupa
keterampilan guru/dosen sendiri, ada juga strategi yang bisa ‘memaksa’ mereka
untuk berpartisipasi. Dalam kesempatan ini, untuk mengatasi keadaan seperti di
atas, akan dikemukakan dua strategi kelompok atau kolaboratif yang disebut Buzz
Group dan Inner Circle.
Hlm. 117
C.
ROLE-PLAY
Role-play adalah suatu aktifitas pembelajaran terencana
yang dirancang untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang spesifik. Role-play
berdasar pada tiga aspek utama dari pengalaman peran dalam kehidupan
sehari-hari:
1. Mengambil peran (role-taking), yaitu: tekanan ekspektasi-ekspektasi sosial
terhadap pemegang peran. Contoh: berdasar pada hubungan keluarga (apa yang
harus dikerjakan anak perempuan), atau berdasar tugas jabatan (bagaimana
seorang agen polisi harus bertindak), dalam situasi-situasi sosial.
(Goffman,1976)
2. Membuat peran (role-making), yaitu: kemampuan pemegang peran untuk berubah
secara dramatis dari satu peran ke peran yang lain dan menciptakan serta
memoidikasi peran sewaktu-waktu diperlukan. (Roberts, 1991)
3. Tawar-menawar peran (role-negotiation), yaitu: tingkat dimana peran-peran
dinegosiasikan dengan pemegang-pemegang peran yang lain dalam parameter dan
hambatan interaksi sosial.
Dalam role-play peseerta melakukan
tawar-menawar antara ekpektasi-ekspektasi sosial suatu peran tertentu,
interprestasi dinamik mereka tentang peran tersebut, dan tingkat dimana orang
lain menerima pandangan mereka tentang peran tersebut. Sebagaimana peserta
didik yang memiliki pengalaman peran dalam kehidupanya biasanya dapat melakukan
role-play.
Role-play dapat membuktikan diri sebagai suatu
media pendidikan yang ampuh, dimana saja terdapat peran-peran yang dapat
didefinisikan dengan jelas, yang memiliki interaksi yang mungkin di eksplorasi
dalam keadaan yang bersifat simulasi (skenario). Hasil dari interaksi pembuat
peran dengan skenario, individu-individu, atau teman lain dalam kelas, atau
kedua-duanya belajar sesuatu tentang seseorang, problem dan/atau situasi yang
spesifik dari bidang studi tersebut (Van Ments, 1994).
Sebagian besar role-play dibagi pada tiga fase
yang berbeda:
1) Perencanaan dan persiapan
Berikut ini adalah daftar beberapa hal yang harus dipertimbangkan oleh
guru/dosen sebelum masuk kelas dan memulai role-play (COIC 1985).
-
Mengenal peserta didik
Semakin guru/dosen mengenal peserta didik, akan semakin besar kemungkinan
untuk memperkenalkan role-play dengan relevan dan berhasil. Pertimbangkanlah:
Jumlah peserta didik
Apa yang diketahui peserta didik tentang materi
Pengalaman terdahulu tentang role-play
Kelompok umur
Latar belakang peserta
Minat dan kemampuan
Kemampuan peserta didik untuk berkolaborasi
-
Menentukan tujuan pembelajaran
-
Kapan menggunakan role-play
-
Pendekatan role-play
-
Mengidentifikasi skenario
-
Menempatkan peran
-
Pengajar berpartisipasi sebagai pemeran dan
atau mengamati saja
-
Mempertimbaangkan hambatan yang bersifat fisik
-
Merencanakan waktu yang baik
-
Mengumpulkan sumber informasi yang relefan
2) Interaksi
Berikut ini langkah-langkah mengimplementasikan rencana ke dalam aksi
-
Membangun aturan dasar
-
Mengeksplisitkan tujuan pembelajaran
-
Membuat langkah-langkah yang jelas
-
Mengurangi ketakutan tampil di depan publik
-
Menggambarkan skenario atau situasi
-
Mengalokasikan peran
-
Memberi informasi yang cukup
-
Menjelaskan peran pengajar dalam role-play
-
Memulai role-play secara bertahap
-
Menghentikan role-play dan memulai kembali
jika perlu
-
Bertindak sebagai pengatur waktu
3) Refleksi dan evaluasi
Tahap yang terakhir ini dalam proses role-play sering disebut “debriefing”
mengikuti istilah yang biasa digunakan dalam militer (Van Ments , 1994).
Refleksi ini lebih berkenaan identifikasi, klarifikasi, dan analisis terhadap
isu-isu okok (Colquhoun & Errington, 1990). Refleksi atau evaluasi yang
dalam hal seperti itu dilakukan setelah interaksi selesai. Hal ini dapat
dilihat dalam enam langkah sederhana:
-
Membawa peserta didik keluar dari peran yang
dimainkan
-
Meminta peserta didik secara individual
mengekspresikan pengalaman belajaranya
-
Mengkonsolidasikan ide-ide
-
Memfasilitasi suatu analisis kelompok
-
Memberi kesemapatan untuk melakukan evaluasi
-
Menyusun agenda untuk masa depan
Hlm. 98
D.
THE POWER OF TWO (KEKUATAN DUA KEPALA)
Aktivitas pembelajaran ini digunakan untuk
mendorong pembelajaran kooperatif dan memperkuat arti penting serta manfaat
sinergi dua orang. Strategi ini mempunyai prinsip bahwa berfikir berdua jauh
lebih baik dari pada berfikir sendiri.
Langkah-langkah:
1. Ajukan satu atau lebih pertanyaan yang menuntut perenungan dan pemikiran.
Beberapa contoh diantaranya adalah
-
Mengapa terjadi perbedaan paham dan aliran
dikalangan umat islam?
-
Mengapa peristiwa dan kejadian buruk menimpa
orang-orang baik?
-
Apa arti khusu yang sebenarnya?
2. Peserta didik diminta untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan tersebut secara individual.
3. Setelah semua peserta didik menjawab dengan lengkap semua pertanyaan,
mintalah mereka untuk berpasangan dan saling bertukar jawaban satu sama lain
dan membahasnya.
4. Mintalah pasangan-pasangan tersebut membuat jawaban baru untuk setiap
pertanyaan, sekaligus memperbaiki jawaban individual mereka.
5. Ketika semua pasangan telah menulis jawaban-jawaban baru bandingkan jawaban
setiap pasangan di dalam kelas.
Catatan:
1) Mintalah keseluruhan kelas untuk memilih jawaban terbaik untuk setiap
pertanyaan.
2) Untuk mempersingkat waktu, berikan pertanyaan spesifik kepada
pasangan-pasangan tertentu dari pada memberikan pertanyaan yang sama untuk
semua orang.
Hlm. 52
E.
READING GUIDE (PANDUAN MEMBACA)
Dalam bebeerapa kesempatan, sering terdapat
kejadian bahwa materi tidak dapat diselesaikan di dalam kelas dan harus
diselesaikan di luar kelas karena banyaknya materi yang harus diselesaian.
Dalam keadaan sepeti ini strategi ini dapat digunakan secara optimal.
Langkah-langkah:
1. Tentukan bacaan yang akan dipelajari.
2. Buat pertanyaan-pertanyaan yang akan dijawab oleh peserta didik atau
kisi-kisi dan boleh juga bagan atau skema yang dapat diisi oleh mereka dari
bahan bacaan yang telah dipilih tadi.
3. Bagikan bahan bacaan dengan pertanyaan atau kisi-kisinya kepada peserta
didik.
4. Tugas peserta didik adalah mempelajari bahan bacaan dengan menggunakan
pertanyaan atau kisi-kisi yang ada. Batasi aktifitas ini sehingga tidak akan memakan
waktu yang berlebihan.
5. Bahas pertanyaan atau kisi-kisi tersebut dengan menanyakan jawabanya kepada
peserta didik.
6. Di akhir pelajaran beri ulasan secukupnya.
Disamping dalam bentuk pertanyaan, panduan
membaca ini dapat dibuat dengan bentuk seperti di bawah ini.
Topik I : ..................
a. .................
b. .................
c. .................
c.1. ...........
c.2. ...........
c.3. ...........
Topik II: .................
a. .................
b. .................
b.1. ...........
b.2. ...........
c. ................
d. ................
Hlm. 8
F.
JIGSAW LERNING (BELAJAR MODEL JIGSAW)
Strategi ini merupakan strategi yang menarik
untuk digunakan jika materi yang akan dipelajari dapat dibagi menjadi beberapa
bagian dan materi tersebut tidak mengharuskan urutan penyampaian. Kelebihan
strategi ini adalah dapat melibatkan seluruh peserta didik dalam belajar dan
sekaligus mengajarkan kepada orang lain.
Langkah-langkah:
1. Pilihlah materi pelajaran yang dapat dibagi menjadi beberapa segmen
(bagian)
2. Bagi peserta didik menjadi beberapa kelompok sesuai dengan jumlah segmen
yang ada. Jika jumlah peserta didik adalah 50 sementara jumlah segmen yang ada
adalah 5, maka masing-masing kelompok terdiri dari 5 orang. Jika jumlah ini di
anggap terlalu besar, bagi lagi menjadi dua sehingga tiap kelompok terdiri dari
5 orang, kemudian setelah proses selesai gabungkan kedua kelompok pecahan
tersebut.
3. Setiap kelompok mendapat tugas membaca dan memahami materi yang
berbeda-beda.
4. Setiap kelompok mengirimkan anggotanya ke kelompok lain untuk menyampaikan
apa yang telah meraka pelajari di kelompok.
5. Kembalikan suasana kelas seperti semula kemudian tanyakan sekiranya ada
persoalan-persoalan yang tidak terpecahkan dalam kelompok.
6. Beri peserta didik beberapa pertanyaan untuk mengecek pemahaman mereka
terhadap materi.
Hlm. 56
G.
CARD SORT (SORTIR KARTU)
Strategi ini merupakan kegiatan kolaboratif
yang biasa digunakan untuk mengajarkan konsep, karakteristik, klasifikasi,
fakta, tentang objek, atau mereview informasi. Gerakan fisik yang dominan dalam
strategi ini dapat membantu mendinamiskan kelas yang jenuh atau bosan.
Langkah-langkah:
1. Siapkan peserta didi diberi potongan kertas yang berisi informasi atau
contoh yang tercakup dalam satu atau lebih kategori.
Berikut beberapa contoh:
-
Karakteristik hadits sahih
-
Nouns, verbs, adverbs, dan preposition
-
Ajaran mu’tazilah
-
Dan lain-lain
2. Mintalah peserta didik untuk bergerak dan berkeliling di dalam kelas untuk
menemukan kartu dengan kategori yang sama. (anda dapat mengumumkan kategori
tersebut sebelumnya atau membiarkan peserta didk menemukannya sendiri)
3. Peserta didik dengan kategori yang sama diminta mempresentasikan kategori
masing-masing di depan kelas.
4. Seiriing dengan presentasi dari tiap-tiap kategori tersebut, berikan
poin-poin penting terkait materi pelajaran.
Catatan:
1) Minta setiap kelompok untuk menjelaskan tentang kategori yang mereka
selesaikan
2) Pada awal kegiatan bentuklah beberapa tim. Beri tiap tim satu set kartu
yang dudah di acak sehingga kategori yang mereka sortir tidak nampak. Mintalah
setiap tim untuk mensortir kartu-kartu tersebut kedalam kategori-kategori
tertentu. Setiap tim memperoleh nilai untuk setiap kartu yang disortir dengan
benar.
Hlm. 50
sumber/referensi: