/* Kotak Banner ===================== */ #Box-Banner-ads { margin: 0px; padding: 5px; text-align: center; } #Box-Banner-ads img { margin: 0px 8px 4px 0px; padding: 3px; text-align: center; border: 3px outset #c0c0c0; } #Box-Banner-ads img:hover { margin: 0px 8px 4px 0px; padding: 3px; text-align: center; border: 3px inset #333; }

Sabtu, 16 Januari 2016

7 strategi pembelajaran aktif

A.    CRITICAL INCIDENT (PENGALAMAN PENTING)
Strategi ini digunakan untuk memulai kegiatan pembelajaran. Tujuan dari penggunaan strategi ini adalah untuk melibatkan peserta didik sejak awal dengan melihat pengalaman mereka.
Langkah-langkah:
1.      Sampaikan kepada peserta didik topik atau materi yang akan dipelajari dalam pertemuan ini.
2.      Beri kesempatan beberapa menit kepada peserta didik untuk megingat-ingat pengalaman mereka yang tidak terlupakan berkaitan dengan materi yang ada.
3.      Tanyakan pengalaman apa yang menurut mereka tidak terlupakan.
4.      Sampaikan materi dengan mengaitkan pengalaman-pengalaman peserta didik dengan materi yang akan anda sampaikan.
Strategi ini dapat digunakan dengan maksimal pada mata kuliah atau mata pelajaran yang bersifat praktis, seperti pada mata kuliah Metodologi Pengajaran di jurusan-jurusan keguruan.
Hlm. 2

B.     DISKUSI
Metode diskusi adalah satu dari alat yang paling berharga dalam daftar strategi yang dimiliki seorang pengajar. Sering guru/dosen dari kelas besar merasa bahwa ia harus menggunakan metode ceramah karena diskusi tidak mungkin. Sebenarnya strategi diskusi dapat digunakan dalam semua kelas baik besar maupun kecil. Memang diskusi di kelas kecil dapat lebih efektif ketimbang kelas besar, tetapi kelas besar jangan jadi penghalang bagi kemampuan guru/dosen untuk mendorong partisipasi serta berdikir peserta didik.

Diskusi mungkin tidak efektif untuk menyajikan informasi beru dimana peserta didik sudah dengan sendirinya termotivasi. Tetapi diskusi tampaknya sangat cocok ketika guru/dosen ingin melakukan hal-hal di bawah ini:
-          Membantu peserta didik belajar berfikir dari sudut pandang suatu subjek bahasan dengan memberi mereka praktek berfikir.
-          Membantu peserta didik mengevaluasi logika serta bukti-bukti bagi posisi dirinya atau posisi yang lain.
-          Memberi kesempatan pada peserta didik untuk memformulasikan penerapan suatu prinsip.
-          Membantu peserta didik menadari akan suatu problem dan memformulasikannya dengan menggunakan informasi yang diperoleh dari bacaan atau ceramah.
-          Menggunakan bahan-bahan dari anggota lain dalam kelompoknya.
-          Memperoleh penerimaan bagi informasi atau teori yang mengkounter cerita rakyat atau kepercayaan peserta didik terdahulu.
-          Mengembangkan motivasi untuk belajar yang lebih jauh.
-          Memperoleh feedback yang cepat tentang seberapa jauh suatu tujuan tercapai.

Dalam kelompok diskusi, guru/dosen dihadapkan pada beberapa problem dalam hal antara lain:
-          Mendapatkan partisipasi dalam diskusi
-          Membuat kemajuan (atau membuat peserta didik sadar akan kemajuan) menuju tujuan pembelajaran.
-          Mengatasi reaksi-reaksi emosional dari peserta didik.

Bagaimana mengatsi peserta yang tidak mau berpartisipasi?
Dalam kebanyakan kelas, beberapa peserta didik berbicara banyak sekali dan yang lainya tidak mau bicara sepatah kata pun. Untuk mengatasi keadaan ini di samping menggunakan teknis yang berupa keterampilan guru/dosen sendiri, ada juga strategi yang bisa ‘memaksa’ mereka untuk berpartisipasi. Dalam kesempatan ini, untuk mengatasi keadaan seperti di atas, akan dikemukakan dua strategi kelompok atau kolaboratif yang disebut Buzz Group dan Inner Circle.
Hlm. 117

C.     ROLE-PLAY
Role-play adalah suatu aktifitas pembelajaran terencana yang dirancang untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang spesifik. Role-play berdasar pada tiga aspek utama dari pengalaman peran dalam kehidupan sehari-hari:
1.      Mengambil peran (role-taking), yaitu: tekanan ekspektasi-ekspektasi sosial terhadap pemegang peran. Contoh: berdasar pada hubungan keluarga (apa yang harus dikerjakan anak perempuan), atau berdasar tugas jabatan (bagaimana seorang agen polisi harus bertindak), dalam situasi-situasi sosial. (Goffman,1976)
2.      Membuat peran (role-making), yaitu: kemampuan pemegang peran untuk berubah secara dramatis dari satu peran ke peran yang lain dan menciptakan serta memoidikasi peran sewaktu-waktu diperlukan. (Roberts, 1991)
3.      Tawar-menawar peran (role-negotiation), yaitu: tingkat dimana peran-peran dinegosiasikan dengan pemegang-pemegang peran yang lain dalam parameter dan hambatan interaksi sosial.
Dalam role-play peseerta melakukan tawar-menawar antara ekpektasi-ekspektasi sosial suatu peran tertentu, interprestasi dinamik mereka tentang peran tersebut, dan tingkat dimana orang lain menerima pandangan mereka tentang peran tersebut. Sebagaimana peserta didik yang memiliki pengalaman peran dalam kehidupanya biasanya dapat melakukan role-play.
Role-play dapat membuktikan diri sebagai suatu media pendidikan yang ampuh, dimana saja terdapat peran-peran yang dapat didefinisikan dengan jelas, yang memiliki interaksi yang mungkin di eksplorasi dalam keadaan yang bersifat simulasi (skenario). Hasil dari interaksi pembuat peran dengan skenario, individu-individu, atau teman lain dalam kelas, atau kedua-duanya belajar sesuatu tentang seseorang, problem dan/atau situasi yang spesifik dari bidang studi tersebut (Van Ments, 1994).
Sebagian besar role-play dibagi pada tiga fase yang berbeda:
1)      Perencanaan dan persiapan
Berikut ini adalah daftar beberapa hal yang harus dipertimbangkan oleh guru/dosen sebelum masuk kelas dan memulai role-play (COIC 1985).
-          Mengenal peserta didik
Semakin guru/dosen mengenal peserta didik, akan semakin besar kemungkinan untuk memperkenalkan role-play dengan relevan dan berhasil. Pertimbangkanlah:
Jumlah peserta didik
Apa yang diketahui peserta didik tentang materi
Pengalaman terdahulu tentang role-play
Kelompok umur
Latar belakang peserta
Minat dan kemampuan
Kemampuan peserta didik untuk berkolaborasi
-          Menentukan tujuan pembelajaran
-          Kapan menggunakan role-play
-          Pendekatan role-play
-          Mengidentifikasi skenario
-          Menempatkan peran
-          Pengajar berpartisipasi sebagai pemeran dan atau mengamati saja
-          Mempertimbaangkan hambatan yang bersifat fisik
-          Merencanakan waktu yang baik
-          Mengumpulkan sumber informasi yang relefan
2)      Interaksi
Berikut ini langkah-langkah mengimplementasikan rencana ke dalam aksi
-          Membangun aturan dasar
-          Mengeksplisitkan tujuan pembelajaran
-          Membuat langkah-langkah yang jelas
-          Mengurangi ketakutan tampil di depan publik
-          Menggambarkan skenario atau situasi
-          Mengalokasikan peran
-          Memberi informasi yang cukup
-          Menjelaskan peran pengajar dalam role-play
-          Memulai role-play secara bertahap
-          Menghentikan role-play dan memulai kembali jika perlu
-          Bertindak sebagai pengatur waktu
3)      Refleksi dan evaluasi
Tahap yang terakhir ini dalam proses role-play sering disebut “debriefing” mengikuti istilah yang biasa digunakan dalam militer (Van Ments , 1994). Refleksi ini lebih berkenaan identifikasi, klarifikasi, dan analisis terhadap isu-isu okok (Colquhoun & Errington, 1990). Refleksi atau evaluasi yang dalam hal seperti itu dilakukan setelah interaksi selesai. Hal ini dapat dilihat dalam enam langkah sederhana:
-          Membawa peserta didik keluar dari peran yang dimainkan
-          Meminta peserta didik secara individual mengekspresikan pengalaman belajaranya
-          Mengkonsolidasikan ide-ide
-          Memfasilitasi suatu analisis kelompok
-          Memberi kesemapatan untuk melakukan evaluasi
-          Menyusun agenda untuk masa depan

Hlm. 98

D.    THE POWER OF TWO (KEKUATAN DUA KEPALA)
Aktivitas pembelajaran ini digunakan untuk mendorong pembelajaran kooperatif dan memperkuat arti penting serta manfaat sinergi dua orang. Strategi ini mempunyai prinsip bahwa berfikir berdua jauh lebih baik dari pada berfikir sendiri.
Langkah-langkah:
1.      Ajukan satu atau lebih pertanyaan yang menuntut perenungan dan pemikiran. Beberapa contoh diantaranya adalah
-          Mengapa terjadi perbedaan paham dan aliran dikalangan umat islam?
-          Mengapa peristiwa dan kejadian buruk menimpa orang-orang baik?
-          Apa arti khusu yang sebenarnya?
2.       Peserta didik diminta untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut secara individual.
3.      Setelah semua peserta didik menjawab dengan lengkap semua pertanyaan, mintalah mereka untuk berpasangan dan saling bertukar jawaban satu sama lain dan membahasnya.
4.      Mintalah pasangan-pasangan tersebut membuat jawaban baru untuk setiap pertanyaan, sekaligus memperbaiki jawaban individual mereka.
5.      Ketika semua pasangan telah menulis jawaban-jawaban baru bandingkan jawaban setiap pasangan di dalam kelas.
Catatan:
1)      Mintalah keseluruhan kelas untuk memilih jawaban terbaik untuk setiap pertanyaan.
2)      Untuk mempersingkat waktu, berikan pertanyaan spesifik kepada pasangan-pasangan tertentu dari pada memberikan pertanyaan yang sama untuk semua orang.

Hlm. 52

E.     READING GUIDE (PANDUAN MEMBACA)
Dalam bebeerapa kesempatan, sering terdapat kejadian bahwa materi tidak dapat diselesaikan di dalam kelas dan harus diselesaikan di luar kelas karena banyaknya materi yang harus diselesaian. Dalam keadaan sepeti ini strategi ini dapat digunakan secara optimal.
Langkah-langkah:
1.      Tentukan bacaan yang akan dipelajari.
2.      Buat pertanyaan-pertanyaan yang akan dijawab oleh peserta didik atau kisi-kisi dan boleh juga bagan atau skema yang dapat diisi oleh mereka dari bahan bacaan yang telah dipilih tadi.
3.      Bagikan bahan bacaan dengan pertanyaan atau kisi-kisinya kepada peserta didik.
4.      Tugas peserta didik adalah mempelajari bahan bacaan dengan menggunakan pertanyaan atau kisi-kisi yang ada. Batasi aktifitas ini sehingga tidak akan memakan waktu yang berlebihan.
5.      Bahas pertanyaan atau kisi-kisi tersebut dengan menanyakan jawabanya kepada peserta didik.
6.      Di akhir pelajaran beri ulasan secukupnya.
Disamping dalam bentuk pertanyaan, panduan membaca ini dapat dibuat dengan bentuk seperti di bawah ini.
Topik I : ..................
a.       .................
b.      .................
c.       .................
c.1. ...........
c.2. ...........
c.3. ...........
Topik II: .................
a.       .................
b.      .................
b.1. ...........
b.2. ...........
c. ................
d. ................

Hlm. 8

F.      JIGSAW LERNING (BELAJAR MODEL JIGSAW)
Strategi ini merupakan strategi yang menarik untuk digunakan jika materi yang akan dipelajari dapat dibagi menjadi beberapa bagian dan materi tersebut tidak mengharuskan urutan penyampaian. Kelebihan strategi ini adalah dapat melibatkan seluruh peserta didik dalam belajar dan sekaligus mengajarkan kepada orang lain.
Langkah-langkah:
1.      Pilihlah materi pelajaran yang dapat dibagi menjadi beberapa segmen (bagian)
2.      Bagi peserta didik menjadi beberapa kelompok sesuai dengan jumlah segmen yang ada. Jika jumlah peserta didik adalah 50 sementara jumlah segmen yang ada adalah 5, maka masing-masing kelompok terdiri dari 5 orang. Jika jumlah ini di anggap terlalu besar, bagi lagi menjadi dua sehingga tiap kelompok terdiri dari 5 orang, kemudian setelah proses selesai gabungkan kedua kelompok pecahan tersebut.
3.      Setiap kelompok mendapat tugas membaca dan memahami materi yang berbeda-beda.
4.      Setiap kelompok mengirimkan anggotanya ke kelompok lain untuk menyampaikan apa yang telah meraka pelajari di kelompok.
5.      Kembalikan suasana kelas seperti semula kemudian tanyakan sekiranya ada persoalan-persoalan yang tidak terpecahkan dalam kelompok.
6.      Beri peserta didik beberapa pertanyaan untuk mengecek pemahaman mereka terhadap materi.

Hlm. 56

G.    CARD SORT (SORTIR KARTU)
Strategi ini merupakan kegiatan kolaboratif yang biasa digunakan untuk mengajarkan konsep, karakteristik, klasifikasi, fakta, tentang objek, atau mereview informasi. Gerakan fisik yang dominan dalam strategi ini dapat membantu mendinamiskan kelas yang jenuh atau bosan.
Langkah-langkah:
1.      Siapkan peserta didi diberi potongan kertas yang berisi informasi atau contoh yang tercakup dalam satu atau lebih kategori.
Berikut beberapa contoh:
-          Karakteristik hadits sahih
-          Nouns, verbs, adverbs, dan preposition
-          Ajaran mu’tazilah
-          Dan lain-lain
2.      Mintalah peserta didik untuk bergerak dan berkeliling di dalam kelas untuk menemukan kartu dengan kategori yang sama. (anda dapat mengumumkan kategori tersebut sebelumnya atau membiarkan peserta didk menemukannya sendiri)
3.      Peserta didik dengan kategori yang sama diminta mempresentasikan kategori masing-masing di depan kelas.
4.      Seiriing dengan presentasi dari tiap-tiap kategori tersebut, berikan poin-poin penting terkait materi pelajaran.
Catatan:
1)      Minta setiap kelompok untuk menjelaskan tentang kategori yang mereka selesaikan
2)      Pada awal kegiatan bentuklah beberapa tim. Beri tiap tim satu set kartu yang dudah di acak sehingga kategori yang mereka sortir tidak nampak. Mintalah setiap tim untuk mensortir kartu-kartu tersebut kedalam kategori-kategori tertentu. Setiap tim memperoleh nilai untuk setiap kartu yang disortir dengan benar.

Hlm. 50





 sumber/referensi: