/* Kotak Banner ===================== */ #Box-Banner-ads { margin: 0px; padding: 5px; text-align: center; } #Box-Banner-ads img { margin: 0px 8px 4px 0px; padding: 3px; text-align: center; border: 3px outset #c0c0c0; } #Box-Banner-ads img:hover { margin: 0px 8px 4px 0px; padding: 3px; text-align: center; border: 3px inset #333; }

Jumat, 13 Februari 2015

KITAB SHIYAM (dikutib dr kitab AT TADZHIIB)

KITAB SHIYAM (PUASA)

Syarat diwajibkannya berpuasa ada tiga macam: Islam, baligh, berakal sehat, mampu untuk melaksanakan puasa.
Fardlunya puasa (yang difardlukan di dalam puasa) ada empat macam: niyat, menahan diri dari makan, minum serta bersetubuh, serta menahan muntah yang disengaja.
Hal-hal yang membatalkan puasa ada 10 macam: segala sesuatu yang masuk dengan sengaja ke dalam rongga badan dan kepala, menyuntikkan bahan melalui dua jalan, muntah dengan sengaja, bersetubuh dengan sengaja ke dalam farji, keluar mani karena mubasyarah, haid, nifas, gila, dan murtad.
Disunnatkan dalam berpuasa tiga macam hal: menyegerakan berbuka puasa, mengakhirkan makan sahur, meninggalkan berkata-kata yang kotor.
Diharamkan untuk berpuasa pada lima hari: dua hari Raya, dan tiga hari tasyriq.
Dimakruhkan berpuasa pada hari syak (ragu), kecuali apabila sudah terbiasa melakukan puasa peda hari itu.
Barang siapa yang bersetubuh dengan isteri di siang hari bulan Romadlon dengan sengaja, maka dia wajib mengqodlok serta membayar kafarat (denda), yakni memerdekakan budak yang mukmin, apabila tidak mendapatkannya, maka dia berpuasa selama dua bulan berturut-turut, apabila tidak mampu, maka memberikan makanan kepada sebanyak 60 orang miskin, setiap orang satu mud.
Barang siapa yang meninggal dunia, padahal dia mempunyai hutang puasa Romadlon, maka berikanlah makan kepada fakir miskin untuk dari si mayit, setiap hari satu mud.
Orang yang sudah sangat tua: apabila tidak mampu berpuasa, maka dia boleh tidak berpausa dan memberi makanan setiap hari satu mud.
Orang yang sedang hamil atau menyusui: apabila keduanya khawatir akan keselamatan dirinya sendiri, maka kemudian dia tidak berpuasa, maka dia wajib mengqodlok puasa yang ditinggalkannya, apabila dia khawatir akan kesehatan anaknya, kemudian dia tidak berpausa, maka dia wajib mengqodlok puasanya serta membayar kafarat (denda), setiap hari satu mud, yakni satu sepertiag rithil Iraq.
Orang ayng dalam keadaan sakit, atau bepergian yang jauh, boleh tidak berpuasa dana wajib mengqodlok puasa yang ditinggalkannya.

(Fasal): I’tikaf hukumnya sunnat, syaratnya: berniyat, tinggal diam di dalam masjid.
Tidak boleh keluar dari I’tikaf yang dinadzarkan, kecuali ada hajat manusiawi, atau ada udzur, misalnya haid atau sakit, yang tidak memungkinkan berdiam di dalam masjid.
I’tikaf menjadi batho apabila melakukan persetubuhan.


Tidak ada komentar: