Masalah pengelolaan kelas dan pemecahanya
Menurut M. Entang dan T. Raka Joni (1983:12), masalah
pengelolaan kelas dibagi menjadi dua kategori masalah, yaitu masalah individual
dan masalah kelompok. Pengelolaan kelas yang dilakukan oleh guru akan tepat jika
guru tersebut dapat mengidentifikasi masalah dengan tepat dan dapat menentukan
strategi penanggulangan yang tepat pula.
Masalah individu akan muncul karena dalam setiap individu ada
kebutuhan untuk diterima dalam kelompok dan ingin mencapai harga diri. Ketika
kebutuhan ini tidak dapat terpenuhi melalui cara-cara yang wajar maka individu
tersebut akan berusaha mendapatkannya dengan cara-cara yang tidak baik. Rodolf
Dreikurs dan Cassel yang dikutip oleh M. Entang dan T. Raka Joni
mengelompokannya menjadi empat, yaitu:
• Tingkah laku yang ingin mendapatkan perhatian orang lain (
attention getting behaviors).
• Tingkah laku yang ingin menunjukkan kekuatan (power seeking
behaviors).
• Tingkah laku yang bertujuan menyakiti orang lain (revenge
seeking behaviors).
• Peragaan ketidakmampuan (passive behaviors).
Sebagai penduga Dreikurs dan Paerl Cassel menyarankan penyikapan
sebagai berikut:
• Apabila seorang guru merasa terganggu oleh perbuatan siswa,
maka kemungkinan siswa tersebut ada pada tahap meminta perhatian.
• Apabila guru merasa dikalahkan atau terancam oleh perbuatan
siswa, maka kemungkinan siswa tersebut ada pada tahap ingin menunjukkan
kekuatan.
• Apabila guru merasa tersinggung oleh perbuatan siswa,
kemungkinan siswa tersebut ada pada tahap ingin balas dendam.
• Apabila guru merasa benar-benar tidak mampu berbuat apa-apa
lagi dalam menghadapi ulah siswa, maka besar kemungkinan siswa tersebut ada
pada tahap ingin menunjukan ketidakmampuan.
Dari keempat cara atau tindakan yang dilakukan oleh individu tersebut
mengakibatkan terbentuknya empat pola tingkah laku yang sering nampak pada anak
usia sekolah (Maman Rahman:1998), yaitu:
• Pola akatif konstruktif: pola tingkah laku yang ekstrim,
ambisius untuk menjadi super star di kelasnya dan mempunyai daya usaha untuk
membantu guru dengan penuh vitalitas dan sepenuh hati.
• Pola aktif destruktif: pola tingkah laku yang diwujudkan dalam
bentuk membuat banyolan, suka marah, kasar, dan memberontak.
• Pola pasif konstruktif: pola yang menunjuk kepada satu bentuk
tingkah laku yang lamban dengan maksud supaya dibantu dan mengharapkan
perhatian.
• Pola pasif destruktif: pola tingkah laku yang menunjuk
kemalasan dan keras kepala.
Sedangkan masalah kelompok, menurut Lois V. Jhonson dan Mary A.
Bany mengemukakan tujuh kategori masalah elompok dalam pengelolaan kelas,
yaitu:
• Kelas kurang kohensif.
• Kelas mereaksi negatif terhadap salah seorang anggotanya.
• Penyimpangan dari norma-norma tingkah laku yang telah
disepakati sebelumnya.
• Membesarkan hati anggota kelas yang justru melanggar norma
kelompok.
• Kelompok cenderung mudah dialihkan perhatiannya dari tugas
yang tengah digarap.
• Semangat kerja rendah.
• Kelas kurang menyesuaikan diri dengan keadaan baru.
Dari dua macam masalah pengelolaan kelas tersebut, maka memerlukan
penangan yang berbeda. Diagnosis yang keliru akan menimbulkan tindakan korektif
yang keliru pula.
Usaha Pencegahan Masalah Pengelolaan Kelas
Pengelolaan kelas merupakan kegiatan guru dalam rangka
penyediaan kondisi yang optimal agar proses belajar mengajar berlangsung
efektif. Tindakan tersebut dapat berupa tindakan pencegahan (preventif) dan
tindakan korektif. Tindakan korektif terbagi menjadi dua, yaitu dimensi
tindakan dan tindakan penyembuhan (kuratif).
Usaha yang bersifat pencegahan (preventif)
Adalah tindakan yang dilakukan sebelum munculnya tingkah laku
yang menyimpang yang menggaggu kondisi optimal berlangsungnya pembelajaran.
Keberhasilan dalam tindakan pencegahan merupakan salah satu indikator
keberhasilan manajemen kelas. Konsekuansinya guru harus mampu memanaj kelas
secara efektif dan efisien dalam jangak pendek amupun jangka panjang. Menurut
Maman Rahman:1998, langkah pencegahannya adalh sebagai berikut:
• Peningkatan kesadaran diri sebagai guru
Hal ini merupakan langkah yang strategis dan mendasar. Karena
dengan dimilikinya kesadaran ini akan meningkatkan rasa tanggung jawab dan rasa
memiliki yang merupakan modal besar bagi guru dalam melaksanakan tugasnya.
Implikasinya akan tampak pada sikap guru yang demokratis, stabil, harmonis dan
berwibawa. Penampakan hali seperti ini akan menimbulkan reaksi positif dari
peserta didik.
• Peningkatan kesadaran diri peserta didik
Interaksi positif akan terjalin jika kesadarn guru dan kesadaran
peserta didik sudah tercipta. Kurangnya kesadaran peserta didik akan memicu
tindakan yang mengganggu kondisi optimal kegiatan pembelajaran.
Untuk meningkatkan kesadaran peserta didik, hal yang harus
dilakukan adalah memberitahukan akan hak dan kewajibannya sebagai peserta
didik, memperhatikan kebutuhan, keinginan dan dorongan para peserta didik,
menciptakan suasan saling pengertian, saling menghormati dan rasa keterbukaan
antara guru dan peserta didik.
• Sikap polos dan tulus dari guru
Seorang guru hendaknya bersikap polos dan tulus terhadap peserta
didiknya. Hal ini agar dalam setiap tindakannya guru tidak terkesan
berpura-pura. Sikap polos dan tulus ini sangat membantu dalam mengelola kelas.
Guru dan kepribadiannya akan sangat mempengaruhi lingkungan belajar, karena
tingkah laku, cara menyikapi dan tindakan guru merupakan stimulus yang akan
direspon oleh peserta didik.
• Mengenal dan menemukan alternatif pengelolaan
Langkah-langkah yang harus ditempuh antara lain, melakukan
identifikasi terhadap berbagai penyimpangan tingkah laku peserta didik baik
secara individual atau kelompok, mengenal berbagai pendekatan dalam manajemen
kelas, dan mempelajari pengalaman guru-guru lainnya yang gagal atau berhasil
sehingga dirinya memiliki alternatif yang bervariasi dalam menangani berabagi
manajemen kelas.
• Menciptakan kontrak sosial
Penciptaan kontrak sosial erat hubungannya dengan “standar
tingkah laku” yang diharapkan dapat memberi gambaran mengenai fasilitas beserta
keterbatasannya dalam memenuhi kebutuhan peserta didik. Hal ini mengingat norma
atau nilai yang ada datang nya dari atas dan bersifat satu pihak dan
memungkinkan timbulnya kecendrungan untuk dilanggar. Untuk itu, diperlukannya
adanya pengelolaan kelas yang perumusannya berupa tata tertib yang dibicarakan
bersama peserta didik dan kemudian disetujui oleh guru dan peserta didik itu
sendiri. Jika siswa tidak ikut serta dilibatkan dalam pembuatan kontra sosial
atau tata tertib tersebut dikhawatirkan siswa akan bertindak sekehendak siswa
karena meras tidak ikut membuat peratuaran yang ada.
Usaha Yang Bersifat Penyembuhan (Kuratif)
Langkah-langkah tindakan penyembuhan, antara lain:
1. Mengidentifikasi masalah
Pada kangkah ini guru mengenal atau mengetahui masalh-masalah
pengelolaan kelas yang timbul dalam kelas. Bedasar masalah tersebut guru dapat
mengidentifikasi jenis penyimpangan sekaligus mengetahui latar belakang yang
membuat peserta didik melakukan penyimpangan tersebut.
2. Menganalisis masalah
Disini guru menganalisi penyimpangan peserta didik dan
menyimpulkan latar belakang dan sumber-sumber dari penyimpangan itu. Selanjutnya
menentukan alternatif-alternatif penanggulangannya.
3. Menilai alternatif-alternatif pemecahan
Pada langkah ini guru menilai dan memilih alternatif pemecahan
masalah yang dianggap tepat dalam menanggulangi masalah.
4. Mendapatkan balikan
Tahap yang terakhir guru bertindak sebagai monitoring, dengan
tujuan untuk menilai keampuha pelaksanaan dari alternatif pemecahan yang
dipilih untuk mencapai sasaran yang sesuai dengan yang direncanakan. Hal ini
dapat ditempuh dengan cara melakukan sharing dengan peserta didik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar