Memilih bibit belut
Bibit untuk budidaya belut bisa didapatkan
dari hasil tangkapan atau hasil budidaya. Keduanya memiliki kekurangan dan
keunggulan masing-masing.
Bibit hasil tangkapan memiliki beberapa
kekurangan, seperti ukuran yang tidak seragam dan adanya kemungkinan trauma
karena metode penangkapan. Kelebihan bibit hasil tangkapan adalah rasanya lebih
gurih sehingga harga jualnya lebih baik.
Kekurangan bibit hasil budidaya harga jualnya
biasanya lebih rendah dari belut tangkapan. Sedangkan kelebihannya ukuran bibit
lebih seragam, bisa tersedia dalam jumlah banyak, dan kontinuitasnya terjamin.
Selain itu, bibit hasil budidaya memiliki daya tumbuh yang relatif sama karena
biasanya berasal dari induk yang seragam.
Bibit belut hasil budidaya diperoleh dengan
cara memijahkan belut jantan dengan betina secara alami. Sejauh ini di
Indonesia belum ada pemijahan buatan (seperti suntik hormon) untuk belut. Untuk
mengetahui lebih lanjut mengenai pembibitan, silahkan baca kiat sukses
pembibitan belut.
Bibit yang baik untuk
budidaya belut hendaknya memiliki kriteria berikut:
§
Ukurannya seragam.
Ukuran bibit yang seragam dimaksudkan untuk memudahkan pemeliharaan dan menekan
risiko kanibalisme atau saling memangsa.
§
Gerakannya aktif dan
lincah, tidak loyo.
§
Tidak cacat atau luka
secara fisik.
§
Bebas dari penyakit.
Budidaya belut untuk
segmen pembesaran biasanya menggunakan bibit belut berukuran panjang 10-12 cm.
Bibit sebesar ini memerlukan waktu pemeliharaan sekitar 3-4 bulan, hingga siap
konsumsi. Untuk pasar ekspor yang menghendaki ukuran lebih besar, waktu
pemeliharaan bisa mencapai 6 bulan.
Menyiapkan kolam
budidaya belut
Budidaya belut bisa
dilakukan dalam kolam permanen maupun semi permanen. Kolam permanen yang sering
dipakai antara lain kolam tanah, sawah, dan kolam tembok. Sedangkan kolam semi
permanen antara lain kolam terpal, drum, tong, kontainer plastik dan jaring.
Kali ini kita akan
membahas budidya belut di kola tembok. Kolam tembok relatif lebih kuat, umur
ekonomisnya bisa bertahan hingga 5 tahun.
Bentuk dan luas kolam
tembok bisa dibuat berbagai macam, disesuaikan dengan keadaan ruang dan
kebutuhan. Ketinggian kolam berkisar 1-1,25 meter. Lubang pengeluaran dibuat
dengan pipa yang agak besar untuk memudahkan penggantian media tumbuh.
Untuk kolam tembok
yang masih baru, sebaiknya dikeringkan terlebih dahulu selama beberapa minggu.
Kemudian direndam dengan air dan tambahkan daun pisang, sabut kelapa, atau
pelepah pisang. Lakukan pencucian minimal tiga kali atau sampai bau semennya
hilang.
Media tumbuh untuk budidaya
belut
Di alam bebas belut
sering dijumpai dalam perairan berlumpur. Lumpur merupakan tempat perlindungan
bagi belut. Dalam kolam budidaya pun, belut membutuhkan media tumbuh berupa
lumpur.
Beberapa material yang
bisa dijadikan bahan membuat lumpur/media tumbuh antara lain, lumpur
sawah, kompos, humus, pupuk kandang, sekam padi,
jerami padi, pelepah pisang, dedak, tanaman air, dan mikroba dekomposer.
Komposisi material
organik dalam media tumbuh budidaya belut tidak ada patokannya. Sangat
tergantung dengan kebiasaan dan pengalaman. Pembudidaya bisa meramu sendiri media
tumbuh dari bahan-bahan yang mudah didapatkan.
Berikut ini salah satu
alternatif langkah-langkah membuat media tumbuh untuk budididaya belut:
§
Bersihkan dan
keringkan kolam. Kemudian letakkan jerami padi yang telah dirajang pada dasar
kolam setebal kurang lebih 20 cm.
§
Letakkan pelepah
pisang yang telah dirajang setebal 6 cm, di atas lapisan jerami.
§
Tambahkan campuran
pupuk kandang (kotoran kerbau atau sapi), kompos atau tanah humus setebal 20-25
cm, di atas pelepah pisang. Pupuk organik berguna untuk memicu pertumbuhan
biota yang bisa menjadi penyedia makanan alami bagi belut.
§
Siram lapisan media
tumbuh tersebut dengan cairan bioaktivator atau mikroba dekomposer, misalnya
larutan EM4.
§
Timbun dengan lumpur
sawah atau rawa setebal 10-15 cm. Biarkan media tumbuh selama 1-2 minggu agar
terfermentasi sempurna.
§
Alirkan air bersih
selama 3-4 hari pada media tumbuh yang telah terfermentasi tersebut untuk
membersihkan racun. Setel besar debit air, jangan terlalu deras agar tidak
erosi.
§
Langkah terakhir,
genangi media tumbuh tersebut dengan air bersih. Kedalaman air 5 cm dari
permukaan. Pada kolam tersebut bisa diberikan tanaman air seperti eceng gondok.
Jangan terlalu padat.
§
Dari proses di atas
didapatkan lapisan media tumbuh/lumpur setebal kurang lebih 60 cm. Setelah
semuanya selesai, bibit belut siap untuk ditebar.
Catatan: Dengan metode
lain, budidaya belut bisa dipelihara dalam air bersih tanpa menggunakan lumpur.
Penebaran bibit dan
pengaturan air
Belut merupakan hewan
yang bisa dibudidayakan dengan kepadatan tinggi. Kepadatan tebar untuk bibit
belut berukuran panjang 10-12 cm berkisar 50-100 ekor/m2.
Lakukan penebaran
bibit pada pagi atau sore hari, agar belut tidak stres. Bibit yang berasal dari
tangkapan alam sebaiknya dikarantina terlebih dahulu selama 1-2 hari. Proses
karantina dilakukan dengan meletakkan bibit dalam air bersih yang mengalir.
Berikan pakan berupa kocokan telur selama dalam proses karantina.
Aturlah sirkulasi air
dengan seksama. Jangan terlalu deras (air seperti genangan sawah) yang penting
terjadi sirkulasi air. Atur juga kedalaman air, hal ini berpengaruh pada postur
tubuh belut. Air yang terlalu dalam akan membuat belut banyak bergerak untuk
mengambil oksigen dari permukaan, sehingga belut akan lebih kurus.
Pemberian pakan
Belut merupakan hewan
yang rakus. Keterlambatan dalam memberikan pakan bisa berakibat fatal. Terutama
pada belut yang baru ditebar.
Takaran pakan harus
disesuaikan dengan berat populasi belut. Secara umum belut membutuhkan jumlah
pakan sebanyak 5-20% dari bobot tubuhnya setiap hari.
Berikut kebutuhan
pakan harian untuk bobot populasi belut 10 kg:
§
Umur 0-1 bulan: 0,5 kg
§
Umur 1-2 bulan: 1 kg
§
Umur 2-3 bulan: 1,5 kg
§
Umur 3-4 bulan: 2 kg
Pakan budidaya belut
bisa berupa pakan hidup atau pakan mati. Pakan hidup bagi belut yang masih
kecil (larva) antara lain zooplankton, cacing, kutu air (daphnia/moina),
cacing, kecebong, larva ikan, dan larva serangga. Sedangkan belut yang telah
dewasa bisa diberi makanan berupa ikan, katak, serangga, kepiting yuyu,
bekicot, belatung, dan keong. Frekuensi pemberian pakan hidup dapat dilakukan 3
hari sekali.
Untuk pakan mati bisa
diberikan bangkai ayam, cincangan bekicot, ikan rucah, cincangan kepiting yuyu,
atau pelet. Pakan mati untuk budidaya belut sebaiknya diberikan setelah direbus
terlebih dahulu. Frekuensi pemberian pakan mati bisa 1-2 kali setiap hari.
Karena belut binatang
nokturnal, pemberian pakan akan lebih efektif pada sore atau malam hari.
Kecuali pada tempat budidaya yang ternaungi, pemberian pakan bisa dilakukan
sepanjang hari.
Pemanenan
Tidak ada patokan
seberapa besar ukuran belut dikatakan siap konsumsi. Tapi secara umum pasar
domestik biasanya menghendaki belut berukuran lebih kecil, sedangkan pasar
ekspor menghendaki ukuran yang lebih besar. Untuk pasar domestik, lama
pemeliharaan pembesaran berkisar 3-4 bulan, sedangkan untuk pasar ekspor 3-6
bulan, bahkan bisa lebih, terhitung sejak bibit ditebar.
Terdapat dua cara
memanen budidaya belut, panen sebagian dan panen total. Panen sebagian
dilakukan dengan cara memanen semua populasi belut, kemudian belut yang masih
kecil dipisahkan untuk dipelihara kembali.
Sedangkan pemanenan
total biasanya dilakukan pada budidaya belut intensif, dimana pemberian pakan
dan metode budidaya dilakukan secara cermat. Sehingga belut yang dihasilkan
memiliki ukuran yang lebih seragam.
BUDIDAYA BELUT MEDIA TONG
berikut
bisa teman-teman ketahui secara detail yang disajikan oleh blog Karo Cyber
untuk Anda.
1. Perlengkapan
Hal yang paling utama dan pertama sekali yang harus dipersiapkan dalam budidaya belut didalam tong adalah peralatan-peralatan sebagai berikut:
1. Perlengkapan
Hal yang paling utama dan pertama sekali yang harus dipersiapkan dalam budidaya belut didalam tong adalah peralatan-peralatan sebagai berikut:
- Tong
atau Drum, disarankan yang terbuat dari bahan plastik agar tidak berkarat.
- Paralon
- Kawat
Kasa
- Tandon
sebagai penampung air
- Ember,
cangkul, baskom dan juga jerigen.
2.
Persiapan dan Teknik Budidaya Belut
Persiapan dan teknik budidaya belut perlu diketahui agar kelak mendapatkan hasil yang maksimal. Disini hal yang perlu diperhatikan adalah media pemeliharaan sebagai tempat berkembang biak atau media tempat membesarkan belut. Dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
A. Drum atau Tong
Drum yang digunakan untuk budidaya belut harus yang tidak bocor dan juga tidak berkarat. Bila drum yang digunakan terbuat dari besi atau kaleng, maka sebaliknya drum tersebut sebaiknya dibersihkan terlebih dahulu dari karat dan lakukan pengecetan ulang dan diamkan sampai kering hingga tidak berbau cat lagi.
Cara mempersiapkan drum atau tong sebagai media budidaya belut dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut ini:
Persiapan dan teknik budidaya belut perlu diketahui agar kelak mendapatkan hasil yang maksimal. Disini hal yang perlu diperhatikan adalah media pemeliharaan sebagai tempat berkembang biak atau media tempat membesarkan belut. Dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
A. Drum atau Tong
Drum yang digunakan untuk budidaya belut harus yang tidak bocor dan juga tidak berkarat. Bila drum yang digunakan terbuat dari besi atau kaleng, maka sebaliknya drum tersebut sebaiknya dibersihkan terlebih dahulu dari karat dan lakukan pengecetan ulang dan diamkan sampai kering hingga tidak berbau cat lagi.
Cara mempersiapkan drum atau tong sebagai media budidaya belut dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut ini:
- Letakkanlah
tong pada posisi tanah yang datar. Hal ini dilakukan agar media menjadi lebih
luas.
- Buka
bagian tengan drum dan sisakan 5 cm pada bagian sisi kiri dan kanan.
- Pasang
alat sebagai penganjal agar drum tidak menggelinding dan bergerak.
- Buat
saluran pembuangan dibawah tong. Letak saluran pembuangan ini dapat
disesuaikan dengan penampungan limbah pembuangan.
- Buah
peneduh tong, sehingga intensitas panas matahari tidak terlalu tinggi dan
mengenai langsung ke permukaan drum. Bahan ini dapat dibuat dengan net
atau waring dan bisa juga dibuat dengan bahan-bahan yang lebih sederhana
lainnya.
B.
Media Tanah
Media tanah yang digunakan adalah tanah yang tidak berpasir dan juga tanah yang tidak terlalu liat dan memiliki kandungan hara yang cukup. Dalam hal ini disarankan untuk menggunakan media tanah yang diambil dari sawah. Pematangan media tanah dapat dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:
Media tanah yang digunakan adalah tanah yang tidak berpasir dan juga tanah yang tidak terlalu liat dan memiliki kandungan hara yang cukup. Dalam hal ini disarankan untuk menggunakan media tanah yang diambil dari sawah. Pematangan media tanah dapat dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:
- Masukkan
tanah kedalam tong hingga ketinggian 30-40 cm
- Masukkan
air hingga tanah becek namun tidak menggenang.
- Masukkan
EM 4 sebanyak 4 botol kedalam tong.
- Aduk
tanah sebanyak 2 kali sehari hingga tanah menjadi lembut dan gembur.
Perlu
diketahui bahwa perlakuan diatas tidak berlaku untuk bahan baku tanah yang
diambil dari sawah.
C. Media Instan Bokashi
Media ini dibuat diluar tong yang merupakan campuran dari bahan utama dan bahan campuran. Penggunaan 100 kilo bahan akan menghasilkan 90 kilo media instan bokashi. Untuk setiap tong ukuran 200 liter membutuhkan 40 kilo bokashi. Dalam pembuatan bokashi dibutuhkan bahan-bahan utama sebagai berikut:
C. Media Instan Bokashi
Media ini dibuat diluar tong yang merupakan campuran dari bahan utama dan bahan campuran. Penggunaan 100 kilo bahan akan menghasilkan 90 kilo media instan bokashi. Untuk setiap tong ukuran 200 liter membutuhkan 40 kilo bokashi. Dalam pembuatan bokashi dibutuhkan bahan-bahan utama sebagai berikut:
- Jerami
padi (40 persen)
- Pupuk
Kandang (30 persen)
- Bekatul
(20 persen)
- Potongan
batang pisang (10 persen)
Bahan
dan campurannya terdiri atas
- EM4
- Air
Sumur
- Larutan
250 gram gula pasir untuk menghasilkan 1 liter larutan molases.
Cara
pembuatan media instan bokashi dilakukan sebagai berikut:
- Cacah
jerami dan potongan batang pisang dan kemudian dikeringkan terlebih
dahulu. Tanda bahan yang sudah kering adalah hancur ketika digenggam.
- Campurkan
bahan cacahan diatas dengan bahan pokok lainnya dan aduk hingga merata.
- Campurkanlah
bahan ini sedikit demi sedikit tetapi jangan terlalu basah.
- Tutup
media dengan karung goni atau terpal selama 4-7 hari. Bolak balik campuran
agar tidak membusuk.
D.
Mencampur Media Tanah dan Media Bokashi
Untuk mencapur media tanah dan media bokashi dapat dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:
Untuk mencapur media tanah dan media bokashi dapat dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:
- Masukkan
media Bokashi kedalam tong dan aduk hingga merata.
- Masukkan
air kedalam tong hingga ketinggian 5 cm dan diamkanlah hingga terdapat plankton
atau cacing (sekitar 1 minggu) selama proses ini berlangsung tong tidak
perlu ditutup.
- Keluarkan
air dari tong dan ganti dengan air baru dengan ketinggian yang sama.
- Masukkkan
tumbuhan air yang tidak terlalu besar sebanyak 3/4 bagian dan ikan-ikan
kecil.
- Masukkan
vetsin secukupnya sebagai perangsang nafsu makan belut dan diamkan selama
2 hari.
Dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah ketinggian
seluruh media, kecuali media tumbuhan air tidak lebih dari 50 cm.
E. Masukkan bibit belut
Setelah seluruh media budidaya diatas dipersiapkan, maka tahapan selanjutnya adalah menebarkan bibit belut. Bibit yang ditebar sebaiknya sebanyak 2 kg atau dengan jumlah bibit sebanyak 160-200 ekor.
3. Perawatan
Perawatan belut yang dibudidayakan didalam tong relatif lebih mudah karena pemantauan budidaya juga relatif kecil. Tetapi demikian perawatan harus tetapi diperhatikan, diantaranya adalah:
a. Pemberian Pakan
Sebenarnya tidak ada aturan baku tentang volume pemberian pakan. Tetapi sebaiknya pakan diberikan 5 persen dari jumlah bibit yang ditebarkan. Pakan yang diberikan sebaiknya terdiri dari cacing, kecebong, ikan-ikan kecil, dan cacahan keong mas atau bekicot. Pemberian pakan diberikan pada hari ke-3 setelah bibit ditebar didalam tong. Pemberian pakan sebaiknya dilakukan pada sore hari seperti kebiasaan belut makan dialam bebas, yaitu sore dan malah hari.
b. Pengaturan Air
Pengaturan air sangat diperlukan untuk membuang sisa makanan agar tidak menumpuk dan menimbulkan penyakit bagi belut. Pengaturan air ini dapat dilakukan dengan cara mengalirkan air bersih kedalam tong. Sebaiknya air yang masuk berupa percikan air, dan hal ini sangat cocok dilakukan dengan menggunakan pipa paralon sebagai media aliran. Sementara untuk saluran pembuangan dapat dilakukan dengan membuat lobang pada tong di ketinggian 8 cm dari genangan air pada media. Selain itu untuk mengatur pembuangan sisa kotoran percikan air juga sangat bermanfaat untuk menambah oksigen.
c. Perawatan Tanaman Air
Tanaman air ini juga digunakan sebagai penjaga kelembaban tempat budidaya dan juga menjaga belut dari kepanasan.
d. Pemberian EM4
EM4 berfungsi untuk menetralisir sisa-sisa pakan. Selain itu juga berfungsi untuk mengurangi bau. EM4 diberikan 2-3 kali sehari dengan dosis 1/2 sendok makan yang terlebih dilarutkan dalam 1 liter air.
e. Perawatan Disekitar Lokasi
Perawatan di sekitar lokasi ini dilakukan untuk menjaga tong dari tanaman liar, lumut, dan hama maupun predator pemangsa seperti ayam.
4. Pemanenan
Pemanenan belut sudah dapat dilakukan setelah 3–4 bulan masa budidaya dilakukan atau sesuai dengan keinginan kita dan keinginan (permintaan) pasar. Pemanenan untuk media drum / tong tentunya lebih mudah , dan belut hasil budidaya siap dipasarkan.
E. Masukkan bibit belut
Setelah seluruh media budidaya diatas dipersiapkan, maka tahapan selanjutnya adalah menebarkan bibit belut. Bibit yang ditebar sebaiknya sebanyak 2 kg atau dengan jumlah bibit sebanyak 160-200 ekor.
3. Perawatan
Perawatan belut yang dibudidayakan didalam tong relatif lebih mudah karena pemantauan budidaya juga relatif kecil. Tetapi demikian perawatan harus tetapi diperhatikan, diantaranya adalah:
a. Pemberian Pakan
Sebenarnya tidak ada aturan baku tentang volume pemberian pakan. Tetapi sebaiknya pakan diberikan 5 persen dari jumlah bibit yang ditebarkan. Pakan yang diberikan sebaiknya terdiri dari cacing, kecebong, ikan-ikan kecil, dan cacahan keong mas atau bekicot. Pemberian pakan diberikan pada hari ke-3 setelah bibit ditebar didalam tong. Pemberian pakan sebaiknya dilakukan pada sore hari seperti kebiasaan belut makan dialam bebas, yaitu sore dan malah hari.
b. Pengaturan Air
Pengaturan air sangat diperlukan untuk membuang sisa makanan agar tidak menumpuk dan menimbulkan penyakit bagi belut. Pengaturan air ini dapat dilakukan dengan cara mengalirkan air bersih kedalam tong. Sebaiknya air yang masuk berupa percikan air, dan hal ini sangat cocok dilakukan dengan menggunakan pipa paralon sebagai media aliran. Sementara untuk saluran pembuangan dapat dilakukan dengan membuat lobang pada tong di ketinggian 8 cm dari genangan air pada media. Selain itu untuk mengatur pembuangan sisa kotoran percikan air juga sangat bermanfaat untuk menambah oksigen.
c. Perawatan Tanaman Air
Tanaman air ini juga digunakan sebagai penjaga kelembaban tempat budidaya dan juga menjaga belut dari kepanasan.
d. Pemberian EM4
EM4 berfungsi untuk menetralisir sisa-sisa pakan. Selain itu juga berfungsi untuk mengurangi bau. EM4 diberikan 2-3 kali sehari dengan dosis 1/2 sendok makan yang terlebih dilarutkan dalam 1 liter air.
e. Perawatan Disekitar Lokasi
Perawatan di sekitar lokasi ini dilakukan untuk menjaga tong dari tanaman liar, lumut, dan hama maupun predator pemangsa seperti ayam.
4. Pemanenan
Pemanenan belut sudah dapat dilakukan setelah 3–4 bulan masa budidaya dilakukan atau sesuai dengan keinginan kita dan keinginan (permintaan) pasar. Pemanenan untuk media drum / tong tentunya lebih mudah , dan belut hasil budidaya siap dipasarkan.
Berikut
beberapa permasalahan dalam budidaya belut yang harus diketahui oleh calon
pembudidaya belut:
1. Bibit belut
Permasalahan pertama yang dihadapi oleh alon pembudidaya belut adalah bibit. Selain langkanya bibit belut, saat ini 90% bibit belut yang beredar di pasaran berasal dari tangkapan alam, sehingga tidak terjamin kualitasnya. Para penangkap belut di alam biasanya berebut dengan penangkap lain, sehingga berbagai macam cara dipakai untuk menangkapnya seperti disetrum, diracun dan sebagainya. Bibit belut yang cara penangkapannya dengan disetrum atau diracun, tentu tidak baik untuk dibudidayakan.
Sebenarnya, belut yang diperjualbelikan di pasar bagus saja dibudidayakan, asal cara penangkapannya benar. Tapi belut yang diperjualbelikan di pasar, kita tidak tahu bagaimana cara penangkapannya, sehingga membeli bibit di pasar bersifat untung-untungan.
Agar tidak bersifat untung-untungan, sebaiknya belilah bibit lansung di tempat budidaya yang jelas reputasinya.
2. Wadah/Kolam Budidaya
Wadah/kolam budidaya sangat mempengaruhi perkembangbiakan belut. Wadah/kolam dipengaruhi oleh bahan dan jenis, luas dan lokasi penempatan wadah/kolam budidaya.
Bahan wadah/kolam yang mudah terpengaruh oleh suhu dan getaran, sangat mempengaruhi kenyamanan belut yang pada akhirnya berpengaruh pada perkembangbiakan belut. Sedangkan penempata wadah/kolam yang tidak tepat, misalnya di tempat yang banyak dilalui oleh orang/binatang/kendaraan juga sangat mempengaruhi kenyamanan belut. Belut yang tidak merasa nyaman di kolam budidaya pada akhirnya akan stress, berusaha lari dan tidak mau makan. Belut yang stress akan sangat rentan terhadap serangan penyakit dan kematian.
3. Media budidaya
Hasil pengamatan penulis, delapan puluh persen kegagalan dipengaruhi oleh media budidaya. Media yang belum matang (masih mengalami proses pembusukan/fermentasi) menempati urutan tertinggi sebagai penyebab kegagalan budidaya, kemudian disusul struktur media yang kasar/kurang gembur/kurang lembut dan kurang suburnya media.
Banyak calon pembudidaya tidak mempunyai kesabaran yang cukup dalam menyiapkan media, sehingga memaksakan memasukkan belut ke dalam media yang belum matang. Waktu bukanlah ukuran siap tidaknya media. Namun media yang lembut, subur, gembur, dan banyak megandung biota pakan belut seperti: zoo plankton, cacing dan sebagainyalah yang disukai belut.
4. Pakan belut
Banyak pembubidaya tidak menyadari bahwa hidup belut sangat tergantung pada pakan. Sering sekali penulis mendengar keluhan pembudidaya belt pemula yang mengaku keewa pada hasil budidayanya yang ternyata jauh dari harapan. Belut banyak berkurag jumlah (kuantitasnya) dan belut menjadi kurus, sehingga jika ditimbang, bukan menjadi lebih berat justru malah turun drastis.
Dari hasil penelusuran ternyata pembudidaya pemula tersebut mengabaikan tentang pakan
5. Pemasaran
1. Bibit belut
Permasalahan pertama yang dihadapi oleh alon pembudidaya belut adalah bibit. Selain langkanya bibit belut, saat ini 90% bibit belut yang beredar di pasaran berasal dari tangkapan alam, sehingga tidak terjamin kualitasnya. Para penangkap belut di alam biasanya berebut dengan penangkap lain, sehingga berbagai macam cara dipakai untuk menangkapnya seperti disetrum, diracun dan sebagainya. Bibit belut yang cara penangkapannya dengan disetrum atau diracun, tentu tidak baik untuk dibudidayakan.
Sebenarnya, belut yang diperjualbelikan di pasar bagus saja dibudidayakan, asal cara penangkapannya benar. Tapi belut yang diperjualbelikan di pasar, kita tidak tahu bagaimana cara penangkapannya, sehingga membeli bibit di pasar bersifat untung-untungan.
Agar tidak bersifat untung-untungan, sebaiknya belilah bibit lansung di tempat budidaya yang jelas reputasinya.
2. Wadah/Kolam Budidaya
Wadah/kolam budidaya sangat mempengaruhi perkembangbiakan belut. Wadah/kolam dipengaruhi oleh bahan dan jenis, luas dan lokasi penempatan wadah/kolam budidaya.
Bahan wadah/kolam yang mudah terpengaruh oleh suhu dan getaran, sangat mempengaruhi kenyamanan belut yang pada akhirnya berpengaruh pada perkembangbiakan belut. Sedangkan penempata wadah/kolam yang tidak tepat, misalnya di tempat yang banyak dilalui oleh orang/binatang/kendaraan juga sangat mempengaruhi kenyamanan belut. Belut yang tidak merasa nyaman di kolam budidaya pada akhirnya akan stress, berusaha lari dan tidak mau makan. Belut yang stress akan sangat rentan terhadap serangan penyakit dan kematian.
3. Media budidaya
Hasil pengamatan penulis, delapan puluh persen kegagalan dipengaruhi oleh media budidaya. Media yang belum matang (masih mengalami proses pembusukan/fermentasi) menempati urutan tertinggi sebagai penyebab kegagalan budidaya, kemudian disusul struktur media yang kasar/kurang gembur/kurang lembut dan kurang suburnya media.
Banyak calon pembudidaya tidak mempunyai kesabaran yang cukup dalam menyiapkan media, sehingga memaksakan memasukkan belut ke dalam media yang belum matang. Waktu bukanlah ukuran siap tidaknya media. Namun media yang lembut, subur, gembur, dan banyak megandung biota pakan belut seperti: zoo plankton, cacing dan sebagainyalah yang disukai belut.
4. Pakan belut
Banyak pembubidaya tidak menyadari bahwa hidup belut sangat tergantung pada pakan. Sering sekali penulis mendengar keluhan pembudidaya belt pemula yang mengaku keewa pada hasil budidayanya yang ternyata jauh dari harapan. Belut banyak berkurag jumlah (kuantitasnya) dan belut menjadi kurus, sehingga jika ditimbang, bukan menjadi lebih berat justru malah turun drastis.
Dari hasil penelusuran ternyata pembudidaya pemula tersebut mengabaikan tentang pakan
5. Pemasaran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar