A.
RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana kondisi masyarakat arab menjelang kelahiran nabi?
2. Bagaimana perjuangan nabi muhammad di makkah?
B.
PEMBAHASAN
1. Kondisi masyarakat arab menjelang kelahiran nabi
Sebelum kedatangan Islam yang di bawa oleh nabi Muhammad saw, di dunia Arab terdapat bermacam agama yaitu
paganisme, kristen, yahudi, dan majusi. Masyarakat arab telah mengenal agama
tauhid semenjak kehadiran Ibrahim as. Bekas-bekas agama nabi ibrahim masih
tersisa ketika islam diperkenalkan pada masyarakat arab. Bekas yang masih
terasa adal;ah penyebutan Allah sebagai tuhan mereka. Secara fisik peninggalan
nabi ibrahim dan ismail yang masih terpelihara adalah bait al-allah atau ka’bah
yang berada di pusat kota makkah. Kegiatan ritual keagamaan masih dilakukan
dengan menyebut nama Allah di sekitar rumahnya.[1]
Makkah merupakan sebuah kota yang terkenal dan sangat penting diantara
kota-kota yang lain. Hal ini ditunjukan dari tradisi dan letaknya yang sangat strategis.
Kota ini terletak pada lembah yang dikelilingi pegunungan al Sarah. Kota ini di
bangun oleh Ibrahim as. Ketika beliau hijrah dengan Hajar dan anaknya Ismail yang kemudian menikah dengan putri
keluarga Jurhum (menguasai Mekkah selama 21 abad). Anak-anak ismail merupakan
titik pusat kemuliaan karena ayahnyalah yang membangun ka’bah.[2]
Sejarah mencatat, bahwa menjelang kelahiran nabi Muhammad saw, bangsa Arab
masih menempatkan Allah sebagai Tuhannya walaupun dalam perkembangan berikutnya
mengalami proses pembiasaan yang mengakibatkan terjadinya pengingkaran prinsip
tauhid. Pada umumnya mereka menjadikan berhala sebagai sesuatu yang sangat
dekat dengan mereka. Karena itu mereka biasa disebut dengan penyembah berhala
atau Paganisme. Penyembahan ini pada mulanya terjadi ketika orang-orang arab
pergi ke luar kota Mekah. Mereka selalu membawa batu yang di ambil dari sekitar
ka’bah. Mereka menyucikan batu dan menyembahnya dimanapun mereka berada.
Menjelah lahirnya Muhammad bin Abdullah di masyarakat Arab terdapat
sekelompok orang yang dikenal sebagai kaum Hanif, penganut agama nabi Ibrahim.
Mereka sangat sedih atas perlakuan bangsa Arab yang rusak moral mereka akibat
merosotnya kondisi sosial, ekonomi, politik dan agama. Sebagai contohnya,
begitu bayi lahir langsung dibunuh dikarenakan pembawa aib bagi keluarga. Sebab
dalam peperangan A menang atas suku B, maka semua kekayaan mereka dirampas
termasuk wanita dan anak gadis sebagai al mal al ghanimah menjadi milik
kelompok A, selaku pemenang perang. Mereka juga memperkosa wanita di depan
suami dan ayah mereka. Sebab hal itu sudah biasa waktu itu.
Demikian juga dalam kondisi sosial, ekonomi politik dan budaya bangsa Arab
yang demikian rapuh moralnya, maka mereka kaum Hanif menanti dan mengharapkan
kehadiran seseorang maha pemimpin yang dapat menyelamatkan dan membebaskan
kondisi keterpurukan itu.
Tidak seperti zaman sekarang, pada zaman kegelapan di arab tidak ada
pendidikan dan budaya dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang tinggi, namun
mereka tidak pernah berpisah dengan aktifitas budaya. Sastra arab itu sangat
maju dan memiliki arti penting dalam kehidupan bangsa Arab. Sastra mereka
sangat tinggi nilainya, maka sejarawan dan ahli budaya barat menyamakan dengan
kemajuan sastra-sastra modern eropa. Philip Khore Hitti mengungkapkan bahwa
“the triumph of islam was to a certain extent the trough of language, more
particularly of a book”, yang artinya adalah kemenangan islam juga sebagai
kemenangan suatu bahasa, terutama adalah suatu kemenangan suatu kitab. Mereka
mengabadikan peristiwa-peristiwa dalam syair yang di perlombakan setiap tahun
di pasar seni Ukaz, Majinnah dan Dzu Majaz.[3]
Kebudayaan bangsa Arab sebelum islam datang
pada masyarakat badui memang tidak berkembang. Hal ini dikarenakan
sering terjadinya perang antar suku. Sejarah masyarakat badui arab diketahui
melalui syair-syair yang beredar, karena mereka sangat menyukai syair. Hampir seuruh pendudud badui adalah penyair.
Dari syair-syair itu dapat diketahui karakteristik masyarakat antara lain
senang dengan kebebasan, tegar menghadapi kerasnya medan kehidupan, dan
semangat dalam mencari nafkah.
Selain syair dan amtsal, hasil sastra yang dihasilkan bangsa arab adalah
qishah (cerita prosa). Yang terkenal diantaranya Ayyam al Arab berisi cerita
tentang peperangan yang terjadi antara kabilah-kabilah pada masa jahiliyyah.
Meskipun mereka mengalami kehidupan jahiliyah (amoralitas), mereka juga
memiliki akhlak terpuji, diantaranya kedermawaan, memegang teguh janji,
keberanian dan pantang mundur. [4]
2. Perjuangan nabi muhammad di makkah
Pada saat kondisi politik, ekonomi, sosial dan agama baik di Barat maupun
Timur sangat kacau, lahir seorang tokoh besar sepanjang masa yang membangun
kekuatan Islam di antara dua kekuasaan besar dunia, di jazirah Arab yaitu Nabi
Muhammad saw. Telah disebutkan, bahwa masyarakat arab penuh dengan kegelapan,
termasuk mereka yang menyembah berhala buatan mereka sendiri. Muhammad diutus
dengan misi kenabian, yang mengajarkan tiada lain Tuhan sekalian alam yaitu
Allah swt yang Maha mengetahui lagi Maha bijakasana. Sebelum Muhammad menjadi
Nabi, dihiasi dengan sifat-sifat yang terpuji yang bersih dari sifat-sifat
tercela.[5]
Muhammad lahir di makkah pada hari senin tanggal 17 rabiul awal bertepatan
dengan tanggal 20 april tahun 571 M. Tahun kelahiran nabuii dikenal dengan
tahun gajah, karena pada tahun itu pasukan abraham al asyram dengan menunggang
gajah menyerbu makkah ingin menghancurkan ka’bah. Beliau lahir dari keluarga
miskin, namun terhormat dan disegani. Ayahnya bernama abdullah bin abdul
muthalib dan ibunya bernama aminah binti wahab dari bani zuhrah. Pada waktu
dilahirkan Muhammad dalam keadaan yatim. Sang ayah sudah meninggal dunia di
madinah dan dikebumikan disana ketika beliau masih dalam kandungan.[6]
Muhammad kemudian diserahkan kepada ibu pengasuh, halimah sa’idah. Dalam
asuhanya lah muhammad dibesarkan sampai usia empat tahun. Setelah itu, selama
dua tahun beliau berada dalam asuhan ibu kandungnya. Ketika berusia enam tahun,
beliau menjadi yatim piatu. Kemudian abdul muthalib mengambil alih merawat
muhammad. Namun dua tahun kemudian abdul muthalib meninggal dunia karena renta.
Tanggung jawab selanjutnya beralih kepada pamannya, abu thalib. Seperti juga
abdul muthalib, dia sangat disegani dan dihormati orang quraisy dan penduduk mekkah
secara keseluruhan, meskipun dia miskin.[7]
Muhammad tumbuh layaknya anak-anak sebayanya. Tubuh dan jiwanya berkembang
sangat wajar. Namun sejak kecil beliau tumbuh menjadi anak yang bagus paras dan
budi pekertinya. Masa kanak-kanak beliau dilalui dengan menjadi pengembala
kambing. Selanjutnya, mulai belajar menjadi pedagang bersama pamannya pada masa
remaja. Beliau terkenal dengan julukan al amin karena kejujuran dalam mengemban
amanah.[8]
Pada usia dua puluh lima tahun, muhammad berangkat ke Syria dipercaya untuk
membawa barang dagangan wanita kaya raya yang telah lama menjanda, Khadijah.
Dalam perdagangan ini Muhammad memperoleh laba besar. Khadijah lalu melamarnya.
lamaran itu diterima dan perkawinan dilaksanakan dimana ketika itu usia
Muhammad 25 tahun dan khatijah 40 tahun.
Pada usia Muhammad 35 tahun, bangunan ka’bah rusak berat dan perbaikan
ka’bah pun dilakukan secara gotong royong. Para penduduk mekah juga membantu
pekerjaan itu dengan suka reala. Tetapi pada saat terakhir dimana tinggal mengangkat
dan meletakkan hajar al aswat pada tempatnya, timbul perselisihan. Setia suku
merasa berhak melakukan tugas terakhir dan mulia itu. Hingga akhirnya para
pemimpin Quraisy sepakat bahwa orang yang pertama masuk ke ka’bah melalui pintu
shafa, akan dijadikan hakim untuk perkara ini. Ketika itu masuklah yang pertama
yaitu Muhammad dan ia pun dipercaya menjadi hakim. Ia lantas membentangkan kain
dan meletakan hajar al aswat di tengah-tengah, lalu meminta seluruh kepala suku
memegang tepi kain dan mengangkatnya secara bersama-sama. Setelah sampai pada
ketinggian tertentu, Muhammad kemudian
meletakkan batu itu pada tempatnya. Dengan demikian perselisian pun dapat
diselesaikan dan semua kepala suku merasa puas.[9]
Banyak alasan Muhammad merenungi kaumnya, diantaranya beliau merasa
prihatin dengan kegelapan umatnya yang banyak menyembah berhala, juga
kemerosotan moral. Beliau kemudian bertahanus menyepi di gua hira di puncak
jabal nur di luar mekah. Setelah sekian lama bertahanus, usaha untuk
mendapatkan petunjuk Allah SWT berhasil dengan datangnya malaikat jibril pada
tanggal 17 ramadhan 661 M pada usianya 40 tahun. Wahyu pertama yang turun
adalah surat al alaq 1-5. [10]
[1] M. Abdul Karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Isalam, (yogyakarta:
Pustaka Book Publiser, 2007), hlm. 59
[2] Zuhairi Misrawi, Mekkah Kota Suci, Kekuasaan, dan Teladan Ibrahim,
(Jakarta: PT Kompas Media Nusantara: 2009), hlm 70-71
[3] M. Abdul Karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Isalam, (yogyakarta:
Pustaka Book Publiser, 2007), hlm. 58-61
[4] Khoiriyah, Reorientasi Wawasan Sejarah Islam dari Arab Sebelum Islam Hingga
Dinasti-dinasti Islam, (Yogyakarta: Penerbit Teras, 2012), hlm. 10-12
[5]
M. Abdul Karim. Sejarah Pemikiran
dan Peradaban Islam. Hlm. 62
[6]
Khoiriyah, M.Ag. Reorientasi
wawasan sejarah islam dari arab sebelum islam hingga dinasti-dinasti islam.
Hlm 31
[7]
Dr. Badri yatim, M.A. Sejarah
peradaban islam dirasah islamiyah II (jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2003). Hlm 16
[8]
Abdul adzim irsad. Mekkah
keajaiban dan keagungan kota suci. (yogyakarta: A+ Plus Book, 2009) hlm
26-27
[9]
Dr. Badri Yatim, M.A., Sejarah
Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, hlm 17-18
[10]
Khoiriyah, M. Ag. Reorientasi Wawasan Sejarah
Islam Dari Arab Sebelum Islam hingga Dinasti-Dinasti Islam, hlm 33
Tidak ada komentar:
Posting Komentar